Sampingan Pahlawan dan Raja


--------------------------------------


“Ini, untukmu. Alkohol lokal dari wilayah Bouldier.”

“Oh, hebat. Aku belum pernah mencobanya. Aku tertarik dengan rasanya.”

Ruangannya bersih, tapi penuh dengan dokumen dan kertas kertas.

Itu ketika aku memberikan ayahku sebuah alhokol yang kubeli sebagai hadiah.

Ayahku orang yang sangat senang minum, sehingga itu sudah jadi rahasia umum kalau dia suka minum diam diam ketika dia bekerja sendirian.

Jadi, setiap kali aku pulang ke kerajaan, aku selalu membawa beberapa alkohol langka sebagai hadiah.

Sebagai raja, ayahku tidak bisa dengan mudah meninggalkan wilayahnya semau yang dia inginkan, jadi hal ini selalu mendapat pujian darinya.

Sampai sekarang, ini kebiasan kami untuk minum bersama setiap kali aku membawakannya.

“Kamu yakin tidak sedang bekerja, ayah?”

“Oh, ini tidak apa apa. Bahkan jika iya, aku bisa mengurangi waktu tidurku untuk bekerja. Menghabiskan waktu dengan anakku ketika kamu pulang kerumah jauh lebih penting daripada pekerjaan.”

Jawaban yang bisa kuberi hanyalah senyuman masam.

Karena, pekerjaan seorang raja dengan mudahnya ditinggalkan.

“Selain itu, Cylis sudah cukup mahir dipekerjaannya. Bahkan jika sesuatu terjadi kepadaku, kerajaan sudah ditangan yang tepat.”

“Ayah, aku memang mengakui kalau kakak tertua memang berbakat, tapi kerajaan masih membutuhkanmu. Tolong jangan katakan hal yang seperti itu.”

“Maaf, maaf,” ayahku meminta maaf dengan mudahnya, dan aku menahan napas.

Ayah mengambil dua gelas tersembunyi di sebuah rak dan menuangkan alkoholnya pada kedua gelas itu.

“Hmm. Sungguh aroma yang unik.”

“Benar. Faktanya, aku membeli ini karena sangat suka dengan aromanya. Aku yakin rasanya juga sama enaknya.”

Aroma lebuh mengisi ruangan itu.

Setelah bersulang, ayahku dan aku dengan tenang menyesap alkohol dari gelas masing masing.

“Mm-hmm. Sungguh rasa yang mengenakkan. Wah, aku bisa bisa keterusan meminum ini setiap hari.”

“Aku diberitahu kalau ini populer dikalangan wanita juga. Mereka bilang ini menjadi lebih berasa jika ayah meminumnya dengan buah. Karena itulah aku membawa ini juga.”

Aku mengeluarkan buah buahan yang kubawa bersamaku. Ayahku mengambil dan memakan salah satunya, lalu mengisap alkoholnya.

“Ini sangat enak. Biasanya aku lebih suka alkohol yang kuat, tapi yang seperti ini juga bagus disaat saat tertentu.”

“Setuju.”

Ayah terlihat menikmati buah buahan yang kubawa, syukurlah.

Aku sedikit khawatir tentang apakah ayah akan suka minuman ini, karena ayah biasanya lebih suka alkohol yang kuat.

Namun itu hanya kekhawatiran yang tidak perlu.

Kami berdua meneruskan minum kita dalam keadaan tenang sejenak.

Lalu, aku ingat kejadian sore tadi, dan bibirku sedikit tersenyum.

“Ada apa?”

“Oh, ini karena saat aku melihat Sue dan Shun sebelumnya. Aku tiba tiba mulai teringat tentang hal itu lagi.”

Kedua adikku memperlihatkan banyak hal menjanjikan yang bahkan mengejutkan seorang pahlawan diriku ini.

Ketika aku berlatih dengan Shun, pura pura tidak terpengaruh oleh serangan dia sebenarnya sangat sulit.

Aku harusnya tidak mencoba pamer bertarung menggunanakan satu tangan dengannya.

Selanjutnya ketika kita belatih bersama lagi, aku harus bertarung biasa menggunakan dua tangan.

“Jadi begitu. Apa yang kamu pikirkan tentang mereka, Julius?”

“Aku akan bilang mereka benar benar berbakat. Terutama Shun. Jika mereka dilahirkan lebih awal, mungkin bagi Shun yang menerima title pahlawan daripada aku.”

Ini sebuah pendapat yang jujur.

Faktanya, dalam hal bakat murni, aku rasa Shun dan Sue jauh melebihiku.

Sungguh, satu satunya alasan aku melampaui mereka hanya karena aku punya status yang diperkuat oleh title pahlawan.

Aku mungkin kalah pada mereka jika tanpa title itu, tapi mereka akan jauh lebih baik dariku dikemudian hari.

Mereka punya bakat untuk hal itu.

Mereka mungkin akan mengejarku dan melampauiku, title pahlawan dan semuanya.

Semoga saja tidak, karena itu akan menghilangkan kebanggaanku sebagai kakak yang lebih tua.

Terutama, Shun, sepertinya dia sangat menghormatiku, jadi jika dia kecewa padaku, mungkin dia akan sangat shok.

Ini situasi yang serius. Aku mungkin harus berlatih lebih keras jadi adik laki laki dan perempuanku tidak mengalahkanku. Ya, ayo lakukan itu.

“Apa yang sedang kamu gumamkan dan mengangguk sendiri seperti itu?”

“Oh, aku hanya berpikir, ternyata menjaga harga diriku sebagai kakak yang lebih tua itu sulit.”

Jika kupikirkan, kelihatannya Shun juga punya harga diri sebagai kakak laki laki Sue juga.

Shun sepertinya berhasil. Sue terlihat sangat terikat pada Shun, yang mana dia sampai cemburu padaku.

Dia mungkin sudah cukup dewasa, namun untuk saat ini, ini menarik bagaimana dia melihatku sebagai ancaman pada hubungan dia dan kakak tercintanya.

“Perlakuanku... tidak benar pada mereka berdua.”

Penyesalan membayangi wajah ayah.

Keduanya lahir tepat setelah pahlawan sebelumnya meninggal. Saat itu juga aku menuruni title pahlawan.

Kematian mendadak pahlawan yang sedang menghilang, yang keberadaannya entah dimana dan sedang apa, masih sebuah misteri.

Aku menjadi pahlawan baru, dan kekuatan jahat dengan cepat bertambah.

Dengan banyaknya kejadian, ayahku tidak punya waktu untuk dua anak kecilnya. Ayahku sangat peduli terhadap keluarganya, tapi diatas itu, dia seorang raja. Ayah tidak punya pilihan selain mementingkan kerajaan terlebih dahulu.

Ayahku sangat kepikiran tentang ini.

“Ayah tidak punya pilihan. Banyak sekali kejadian diwaktu itu, ayah tidak punya waktu untuk melakukan hal lain.”

“Namun mereka masih belum mau memelukku. Dilihat dari reaksi mereka, jelas...”

 “Tenang saja. Aku yakin mereka akan memahami posisimu dikemudian hari.”

“Aku harap begitu.”

Ayahku menggoyangkan minumannya dengan wajah yang muram.

“Jika aku boleh bicara jujur, ada kalanya aku membenci posisi sebagai raja. Tidak hanya dengan kedua anak itu. Julius, aku merasa seharusnya aku melakukan lebih banyak hal denganmu juga. Aku tidak pernah ingin kamu menanggung beban sebagai pahlawan. Namun sebagai seorang raja, aku tidak punya pilihan selain mengirimmu untuk melakukan tugas pahlawan. Itu mungkin pilihan yang benar sebagai seorang raja, tapi gagal sebagai seorang ayah.”

Setelah menumpahkan perasaannya, ayahku menahan napas berat.

“Ayah. Aku bangga menjadi seorang pahlawan. Jadi tolong, jangan katakan hal semacam itu. Menurutku, jika title pahlawan diambil dariku, aku bukanlah siapa siapa lagi.”

“Itu sama sekali tidak benar.”

“Begitulah perasaanku. Aku tidak belajar tentang politik seperti kakakku, kepercayaan diri seperti Leston, atau bisa menjalin hubungan dengan kerajaan lain lewat pernikahan seperti kakak perempuanku. Sebagai pahlawan, hal yang bisa kulakukan hanyalah mengayunkan pedangku atas nama rakyat kita dan semua orang. Jadi jangan khawatir padaku, ayah. Aku hanya melakukan yang kubisa untuk kepentingan semuanya.”

“Apakah kamu yakin itu bukan ‘lakukan apa yang kamu mau’ Leston?” (TL : nah saya nggak paham siapa itu Leston.)

“Itu sangat benar.”

Ayahku dan aku saling tersenyum.

Menurutku, kamu sudah menjadi ayah yang hebat.

Jadi aku akan terus bekerja keras sebagai pahlawan jadi aku bisa membantumu.


Comments

Popular posts from this blog

idstori situs informatif untuk kebutuhan anda

Informasi sejarah dunia terlengkap hanya di sezaman

Yoo In Na and Jennie BLACKPINK become the Top Most Popular Korean Female Ad Models in March