Chapter 3 Bagian 3 IseMahou

 Senja, Menari

Berkat usaha keras para pengawal, grup Reiji berhasil mengamankan penginapan untuk tiga orang. Setelah membagi grup mereka antara yang tinggal di rumah Yakagi dan penginapan, sepertinya tidak perlu khawatir lagi tentang akomodasi. Reiji, Mizuki, dan Titania yang akan tinggal di rumah Yakagi sementara para kesatria tinggal dipenginapan. Malam itu, untuk pertama kalinya, Suimei dan Reiji bisa melakukan percakapan pria. Para gadis juga punya percakapan mereka sendiri hingga larut malam karena percakapan gila mereka, meskipun kebanyakan adalah Mizuki. Pagi datang lebih awal dihari berikutnya.

“Aku sudah cukup terbiasa dengan suasana di Astel, tapi udara di Kekaisaran juga cukup bagus.”

“Iya kan?”

Suimei sedang bersama Titania atas permintaannya. Keduanya meninggalkan rumah Yakagi dan sekarang berada dibarat laut bagian luar Ibukota Kekaisaran, meregangkan kaki mereka dibukit hijau. Melihat pemandangan, warna hijau terbentang luas dihadapan mereka. Setiap beberapa saat, angin sepoi-sepoi menerpa punggung Suimei.

Berdiri ditempat yang lebih tinggi, Titania menyisir rambutnya kebelakang telinga, menutup matanya, dan menikmati angin sepoi-sepoi. Daripada pakaian yang biasa Suimei lihat dia pakai di istana, sekarang dia memakai baju yang mudah untuk bergerak dengan mantel yang menutupi pakaiannya. Berkat kerahnya yang tinggi, Suimei tidak bisa melihat mulutnya dari samping. Jika seseorang pertama kalinya melihat dia untuk berpakaian seperti itu, mereka tidak akan pernah menyangka bahwa dia sebenarnya adalah seorang putri asli.

Suimei juga berpikiran seperti itu, tapi pikiran dia langsung hilang seketika. Titania tiba-tiba mengulurkan kedua tangan dan melebarkannya selebar yang dia bisa. Dia mulai menikmati angin di Kekaisaran dengan cara yang sangat berbeda dari sebelumnya. Suimei tebak, itu karena dia merasa terbebaskan dari udara pengap di Ibukota Kekaisaran, atau mungkin itu karena dia tidak perlu menjaga sikapnya disini.

Dari sudut pandang Suimei, perilaku dia lebih menyenangkan daripada biasanya.

Selain satu kuda yang mereka tunggangi, tidak ada seorang pun yang hadir disana kecuali Suimei dan Titania. Titania tidak memberitahukan ini sebelumnya ke Reiji atau ke Mizuki, dan mengejutkannya, para kesatria juga tidak ikut datang. Ketika Titania memberitahu Luka tentang rencananya, Luka meminta untuk bisa menemani mereka, tapi ditolak Titania. Untuk Suimei, dia hanya memberitahu Felmenia dan Lefille kalau dia akan pergi. Setelah beberapa saat, Titania terlihat puas dengan angin yang berhembus, lalu berbalik dan mulai berbicara.

“Terima kasih banyak atas tumpangan menginapnya. Untuk memastikan kalau kami menerima semua kasur, kamu bahkan meminjamkan milikmu pada kami.”

“Tak apa. Seorang pria bisa tidur disebuah ruangan walau dilantai. Itu sudah cukup bagus.”

“Oho, begitukah? Berkatmu, aku bisa menikmati sepanjang malam tadi.”

Nada suaranya cerah dan riang. Saat Titania tersenyum lembut ke arahnya, Suimei dengan santai mengangkat bahunya. Lalu perubahan tiba-tiba datang, dan Titania berbicara ke Suimei seperti punya suatu masalah.

“Apakah Liliana tampak kaku olehmu?”

“Yah. Melihat semua orang berkumpul, dia disituasi dimana tidak tahu apa yang harus dilakukan. Akan tetapi, Lefille telah merawat Liliana dengan baik, jadi harusnya dia cukup nyaman. Selain itu, Mizuki juga banyak berbincang dengannya. Aku pikir dia akan segera membuka hatinya.”

“Begitu...”

Suimei dengan hati-hati mempertimbangkan situasi Liliana untuk beberapa saat. Bahkan meskipun itu sementara, teman serumahnya tiba-tiba tambah banyak. Itu pasti membuatnya sedikit tidak nyaman. Normalnya, karena kesukaannya dia ke Dark Magic, dia tidak terlalu terbiasa berada disekitar orang. Singkatnya, dia sangat pemalu dengan orang asing. Suimei tahu ini, dan karena itu dia khawatir tentang tadi malam. Entah bagaimana, yah, tampaknya tadi malam tidak terjadi apa-apa.

Suimei lumayan sering memperhatikannya, tapi sebagian besar yang memperhatikan Liliana adalah Lefille dan Felmenia. Sebagian karena mereka sama-sama perempuan, tapi tujuan lainnya adalah mengusir kejahatan dari tubuh Liliana dengan kekuatan roh Lefille. Suimei tidak terlalu khawatir tentang situasi saat ini, bahkan setelah teman lainnya datang. Mereka juga orang yang perhatian padanya.

“Aku ingin tahu apa yang sedang Reiji-sama dan Mizuki lakukan sekarang...”

“Mereka bilang sesuatu tentang Lefi akan menunjukkan sekeliling ibukota Kekaisaran. Sebenarnya tidak terlalu perlu untuk menunjukkan sekitar, akan tetapi dia cukup bersikeras.”

“Benarkan dia begitu?”

Titania tertawa pelan. Mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya, Suimei melihat sekilas ke anggunannya.

“Jadi, ini sudah saatnya aku mendengar hal penting yang ingin kamu bicarakan, kan? Kamu bahkan tidak membawa pengawal dan meninggalkan Reiji dan Mizuki. Kamu pasti punya alasan untuk ini semua, kan?”

“Itu benar. Harusnya baik-baik saja disini.”

Wajah Titania berubah yang aslinya tersenyum anggun menjadi sesuatu yang lebih serius. Seolah-olah dia sedang mencari sesuatu disekitar, dia mengamati sekelilingnya. Sepertinya bukan mengkhawatirkan orang-orang disekitar. Dan saat dia berbalik kearah Suimei, ekspresinya entah bagaimana terasa dingin dan serius.

“Suimei. Saya punya sesuatu yang ingin saya minta... Tidak, ini kurang tepat. Ada sesuatu yang saya ingin anda lakukan sekarang.”

“Ini mendadak.”

“Saya sadar ini mendadak.”

“Maksudmu ada sesuatu yang kamu inginkan dariku, kan?”

“Cukup tepat... Tapi daripada menginginkan, itu mungkin lebih tepat jika dibilang saya ingin memaksamu untuk melakukannya.”

Titania mengoreksi perkataannya sambil menjaga ketenangannya. Dia cukup yakin bilang seperti itu... atau lebih tepatnya dia bilang seperti itu setelah memikirkannya dengan matang.

“Tidak perlu menahan diri. Langsung saja bilang.”

“Lalu, Suimei, kembalilah ke Astel segera.”

Suimei telah bilang untuk tidak menahan, tapi dia tidak berharap sesuatu seperti ini.

“...Ini benar-benar mendadak, ya?”

“Memang. Namun, saya punya alasan tersendiri kenapa saya melakukan ini. Saya yakin ini cukup mudah untuk dimengerti, benarkan?”

“Entah kenapa, aku lebih senang mendengarnya langsung.”

“Ini tentang Duke Hadorious.”

Ini seperti yang diduga oleh Suimei. Entah bagaiman, dia akan mengantisipasi ini.

“Jika terus seperti ini, kamu hanya akan mempersulit Reiji-sama. Itulah kenapa kamu harus kembali ke Kerajaan sesegera mungkin dan tinggal disisi ayahku diam-diam. Jika raja sendiri yang membuat pengaturan untukmu, bahkan jika kamu kembali, kamu tidak akan diperlakukan dengan buruk. Jika kamu memberitahu mereka apa yang terjadi dan menerima perlindungan ayahku, bahkan duke akan kesulitan untuk menggapaimu.”

Hadorious sedang menantang. Jika Reiji terlalu memperhatikan orang-orang disekitarnya, tentu tindakannya akan mulai terhalangi. Upaya Reiji menyelamatkan Suimei setelah mendengar tentang karavan pedagang membuktikan itu semua.

“Yah, ini hanya akan sama seperti saat kamu mengatakan pertama kalinya, huh?”

“Jika kamu memikirkan tentang Liliana, aku tidak berpikir itu permintaan yang mustahil.”

Titania memperdebatkan validitas sarannya dengan cukup meyakinkan, tapi Suimei hanya menggelengkan kepalanya.

“Tapi jika cuma begitu, itu akan menjadi masalah untukku.”

“Kenapa begitu?”

“Aku sudah bilang ke Reiji kemarin juga, tapi aku sedang mencari jalan untuk kembali ke duniaku.”

Suimei mengangkat bahunya sekali lagi disaat dia bicara tentang tujuan miliknya.

“Jadi kamu mengertikan? Jika kulakukan seperti yang kamu bilang, aku tidak akan bisa melanjutkan pencarian jalan pulangku.”

“Mungkin memang itu masalah. Akan tetapi, pencarianmu tidak perlu sambil pergi keliling, kan? Setelah, Reiji-sama mengalahkan Demon Lord. Duke Hadorious akan berhenti ikut campur, dan kamu bisa mulai mencari jalan pulang sesukamu.”

“Jadi maksudmu, aku harus menunggu sampai saat itu? Menunggu sampai Reiji mengalahkan Demon Lord dan bahaya yang ada di dunia ini lenyap? Seberapa lama itu? Setahun? Dua tahun? Bisa jadi lima atau sepuluh tahun, kau tahu? Itu akan terlalu telat.”

“Suimei, aku sangat mengerti keadaanmu. Akan tetapi, ini adalah sesuatu yang diperlukan untuk membawa dunia ini ke perdamaian.”

“Dunia ini, dunia itu. Berapa kali aku harus mendengarkan ini? Terutama akhir-akhir ini, semua orang membicarakannya.”

Suimei mengeluarkan keluh kesahnya sambil menghela napas. Akan tetapi, Titania punya banyak pertimbangan padanya, dan mendesak agar dia menjawab walaupun sikapnya yang tidak sopan.

“Jadi, jawabannya?”

“Aku menolak. Aku sudah cukup menderita karena pemanggilan sewenang-wenang. Aku tidak punya suatu alasan untuk menghentikan apa yang ingin kulakukan.”

“Aku sudah bilang sebelumnya, bukan? Jika kamu meneruskan ini, kamu akan menjadi halangan untuk Reiji-sama?”

“Karena Hadorious, kan? Aku akan menanganinya dengan terampil. Jika Reiji mengkhawatirkanku, bilang saja padanya untuk tidak menjadi dirinya sendiri, Tia.”

“Apa menurutmu Reiji-sama yang baik hati akan mendengarkan hal itu?”

“Aku tidak bermaksud menganggap Reiji itu seorang yang meddlesome.” (TL/N : Meddlesome : sering terlibat ke situasi yang tidak kamu inginkan, cmiiw)

Saat Suimei menolaknya dengan datar, Titania menghela napas bermasalah.

“...Kalau begini, kita hanya berbicara hal yang sama terus.”

“Meskipun begitu, kamu terlihat cukup tenang.”

“Entah bagaimana, aku sudah berpikir akan menjadi seperti ini.”

“Kalau begitu apakah kamu masih punya kartu yang ingin kamu mainkan? Dimana kartu truf mu untuk meyakinkanku?”

Jika dia sudah memprediksi jawaban dan argumen Suimei, lalu dia harusnya punya sesuatu yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Tidak mungkin dia jauh-jauh pergi kesini hanya untuk menyampaikan hal tadi, dan berakhir seperti ini. Setelah itu, Titania menguatkan dirinya dan menatap tegas Suimei.

“Jika kamu tidak akan mematuhi perintahku, aku akan membuatmu menurut dengan paksaan.”

“Huh? Hei sekarang...”

Kata-kata itu sama sekali tidak terduga bagi Suimei. Dia pikir Titania akan menawarkan orang lain untuk menggantikan pencarian Suimei. Tapi apa yang dia katakan sama sekali tidak seperti itu.

“Jika kamu masih bersikeras untuk mencari jalan pulang ke duniamu, meskipun tidak sesulit yang dialami Reiji-sama, banyak kesulitan pasti akan menghadangmu. Akan ada monster, demon, dan juga Duke Hadorious. Dalam hal ini, kalau kamu bahka tidak bisa mengalahkanku, kamu tidak akan bisa mencari cara untuk pulang ke duniamu. Bukankah itu masuk akal?”

“Memang, tapi...”

“Oleh karena itu, aku akan bertarung denganmu disini untuk membuktikan seberapa kuat dirimu. Tentu, jika kamu menang, aku akan mengizinkanmu melakukan pencarian sesukamu.”

“Jadi maksudmu dengan paksa... pasti itu kekerasan.”

“Terkadang kekerasan diperlukan. Bagaimana?”

“Aku menolak.”

Saat Suimei dengan tegas menolak lagi, Titania menyeringai tak pantas.

“Kalau begitu, kamu akan dicap sebagai pengecut, kau tahu? Walaupun begitu, kamu akan tetap menolak?”

“Oleh siapa? Kamu? Sejujurnya.... Aku tidak terlalu peduli apapun yang kamu katakan padaku. Tapi itu bukan percakapan yang akan mengakhiri ini, kan?”

“Tentu saja bukan.”

Suimei meringis akan pernyataan Titania.

“...Jadi apa syaratnya? Jika ini pertarungan, kamu ingin pertarungan sihir?”

“Tidak, maksudku ini.”

Dengan itu, Titania mengambil pedang dari bungkus yang diikatkan pada kuda dan mengacungkannya.

“Apa? Duel pedang? Tia, kamu bisa menggunakan pedang?”

“Sampai batas tertentu. Aku berpengetahuan tentang hal ini.”

“Kamu dengar dari Reiji kalau aku bisa menggunakan kenjutsu, kan? Bukankah dengan ini aku punya keuntungan? Tidakkah ini menjadi tidak adil?” (TL/N : Kenjutsu https://kenshin.fandom.com/id/wiki/Kenjutsu)

“Aku tidak masalah. Apa jawabanmu?”

Titania menjawab pertanyaannya seperti dia sedang mengintrogasinya. Suimei tidak bisa memahami niatnya. Titania menundukkan kepalanya sedikit, menutupi mulut dan bagian bawah wajahnya dengan kerah di mantelnya. Itu menyembunyikan ekspresi kaku dan dinginnya dia, dan membuatnya mustahil untuk dibaca. Jika Titania menggunakan pedang, seharusnya itu kekurangan sebagai penyihir. Tapi kepastiannya akan hal itu lenyap ketika dia sudah tak bisa melihat ekspresinya lagi.

Apa yang harus Suimei lakukan? Suimei masih belum ingin memulai pertarungan apapun, tapi pasti dia tidak akan membuatnya melakukan hal sejauh ini. Jika Suimei menggunakan magicka untuk membuatnya dalam efek sugesti hipnotis, akan sangat mudah untuk melalui situasi ini, tapi...

“Dengan ini, kita berempat sudah menjadi teman dekat.”

Suimei mengingat kembali apa yang Titania ucapkan sebelum mereka berpisah di kastil. Titania hampir tidak punya teman dekat, dan pastinya tidak punya banyak kesempatan untuk mengucapkan hal seperti itu. Tapi kalimat yang dia ucapkan dihari itu, tidak diragukan lagi datang dari hati terdalam. Ini akan sulit untuk Suimei menggunakan magicka pada dia untuk mengendalikan seseorang yang sudah menjadi teman dekat. Titania mulai terlihat seperti kehabisan kesabaran, dan Suimei menahan napas bermasalah.

“...Aku lebih suka menolak, tapi aku merasa kamu akan tetap melakukannya kalau seperti itu.”

“Jika kamu mengerti itu, lalu bagaimana jawaban yang sebenarnya?”

Di saat Titania berbicara, nadanya sangat rendah.

“Aku juga tidak ingin melawanmu. Akan tetapi, ada sesuatu yang harus kulakukan, dan hal-hal lain yang kutanggung.”

Titania menundukkan kepalanya seolah dia mengakui bahwa tidak ada pilihan lain. Bagaimanapun, Titania tidak suka dengan situasi dimana dia harus melibatkan Suimei.

“Aku tidak keberatan. Aku juga punya sesuatu yang harus kulakukan. Bahkan ketika kamu memanggilku ke dunia ini adalah apa yang seharusnya kamu lakukan, tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan apa yang menurutmu perlu dilakukan.”

“Kamu seorang yang baik tapi dengan cara yang aneh.”

“Bagian “aneh” itu tidak perlu.”

“Apakah ini yang disebut Mizuki sebagai... tsundere, kan?”

“Hei, cukup dengan itu. Sungguh.”

Saat Titania menatapnya sebentar dengan heran, Suimei dengan cepat mengganti ekspresi tidak puasnya dengan serius.

“Izinkan aku bertanya satu hal. Setelah ini, kamu tidak akan menggangguku lagi di masa depan, kan?”

“Ya. Aku bersumpah atas nama Dewi Alshuna. Jika aku kalah, aku berjanji, aku tidak akan mengatakan atau melakukan apa pun sehubungan dengan tindakan Suimei selanjutnya.”

“Baiklah. Lalu, bagaimana dengan pedangku?”

Saat Suimei mengulurkan tangannya, Titania melemparkan pedang yang dipegangnya. Sepertinya dia sudah menyiapkan pedang lain untuk dirinya. Ini mungkin dimaksudkan untuk memberi Titania keuntungan, tapi Suimei telah belajar kenjutsu sejak dia kecil. Apapun kondisinya, dia tidak akan kalah dari Titania. Titania lalu mengambil bungkus lain dari kuda dan menarik dua pedang panjang dari tempat itu.

“Oh?”

“Ini adalah senjata pilihanku.”

Disaat dia mengatakan itu, dia menarik kedua pedang dari sarungnya. Kedua pedang itu terbuat dari bahan yang berbeda dari pedang yang Reiji bawa—perak. Melihat sesuatu seperti itu ditempat seperti ini sungguh tidak terduga, tapi Suimei menebak itu mungkin perak yang sudah berkarat. Melihat Titania menarik kedua pedangnya bersamaan, dia juga berasumsi dia menggunakan teknik pedang ganda. Bertentangan dengan prinsip umum karena teknik itu, karena kedua pedangnya panjang. Umumnya, salah satu dari pedang digunakan untuk pertahanan. Jadi akan lebih mudah dengan satu pedang pendek yang biasanya digunakan ditangan yang kurang dominan. Tapi kedua pedang putri sama panjangnya. Tidak, menggunakan matanya sebagai seorang penyihir, dia bisa bilang ada sedikit perbedaan di antara keduanya. Yang ada ditangan kiri sepertinya sedikit lebih panjang. Disaat Suimei menilai kondisi dengan tatapan bingung, Titania mengambil langkahnya...

“Ap—?!”

Titania menyembunyikan mulutnya dibalik kerah. Dan saat dia menyilangkan pedangnya, seluruh tubuh Suimei bergidik.

“Seperti yang kuharapkan dari seorang yang telah belajar berpedang. Sekali aku mengambil langkah, kamu sudah bisa memastikan kemampuanku, kan?”

Titania menepis semua hasutan Suimei. Kalimat pujiannya terdengar di telinga Suimei seperti suara iblis. Suimei telah mengeluarkan pedang yang Titania berikan sambil berpikir dia tidak mungkin kalah, tapi seberapa cerobohnya dia? Saat senyum ganas melebihi dirinya, Suimei tersenyum untuk menyembunyikan rasa paniknya.

“Haa... Aku ingin mengutuk diriku karena tidak tahu kamu akan mengambil langkah. Apa-apaan dengan putri kecil ini? Bukankah kamu seorang penyihir?”

“Benar, aku juga menggunakan sihir. Tapi dasar-dasar teknik bertarungku seperti ini. Bahkan sejak masih kecil, aku telah memegang pedang.”

“Serius...?”

“Dengan ini kamu mengerti, kan? Pertandingan ini tidak adil seperti yang kamu bilang sebelumnya. Ya, aku memiliki kelebihan dalam skill berpedang.”

“...Oh tuhan, kamu mengelabuiku cukup baik. Kamu benar-benar gadis keras kepala dan manja.”

“Aku akan anggap itu sebagai pujian.”

Dengan itu, Titania memutar kedua pedang ditangannya seperti tongkat. Suara angin yang dihasilkan pedang memenuhi suasana, dan sekali lagi dia menyilangkan pedangnya di depannya. Di waktu yang sama, Titania juga melepaskan semangat bertarungnya. Dengan Titania berada pusatnya, sebuah gelombang kekuatan melonjak muncul kedaerah sekitarnya seperti badai tiba-tiba. Setelah ilusi angin yang disebabkan oleh semangat bertarungnya, keheningan mencekam menyelimuti area tersebut. Lalu, akhirnya, suara Titania terdengar dari seluruh bukit terpencil ini.

“Satu dari Tujuh Pedang: Twilight, Titania Root Astel. Aku datang.”

Dia berdiri siap untuk melawan Suimei, yang mana Suimei masih merinding merasakan semangat juangnya. Akhirnya Suimei sadar bahwa dia hanya selangkah diluar Titania, dia memasang senyum menggertak.

“Hah, kamu yang serius benar-benar menakutkan...”

Suimei lalu mengambil pendiriannya sendiri. Tekanan yang Titania berikan padanya kuat dan tajam. Ini sebanding dengan punya Lefille ketika dia sedang bertarung melawan demon. Gadis di depannya masih menyilangkan pedang miliknya dalam kuda-kuda yang dipakainya. Bahkan ketika Suimei melihatnya dengan mata penyihir nya, dia tidak bisa melihat sedikitpun celah.

Ada dua teknik umum ketika menggunakan pedang ganda. Yang pertama adalah ketika pengguna memegang kedua pedang tinggi-tinggi dan menekan musuh dengan ancaman tambahan dari dua pedang yang siap menyerang; yang kedua adalah dimana kedua pedang di pegang silang di depan penggunanya, siap untuk menyerang dan bertahanan. Titania menggunakan yang kedua. Memegang pedang didepannya, tubuhnya terfokuskan membungkuk. Itu adalah kuda-kuda yang rendah, serendah yang dia bisa. Seperti macan tutul. Tidak ada keraguan lagi bahwa dia akan berencana menerjang dari sana. Dalam hal ini, Suimei harus waspada ke kecepatannya dan kekuatan terjangan yang dia miliki.

Namun, ada hal yang mengganggu dengan dua pedang miliknya. Melihat bagaimana salah satu dari dua pedang bukan pedang pendek, harusnya sulit untuk dikendalikan. Biasanya, itu akan jadi gangguan untuk seorang pendekar pedang amatir, tapi...

Tidak, melihat kecepatan dan kekuatan terjangannya, ini sudah melebihi ekspetasi Suimei. Didalam kepalanya, Suimei menyangka pertarungan akan dimulai dengan sebuah kilat biru diikuti dengan silangan pedangnya. Baru-baru saja dia membayangkan kecepatan Titania yang melebihi perkiraan awalnya. Saat dia melamunkan hal ini, pedang Titania membuat tebasan lengkung di udara.

“Tung—?!”

Suimei buru-buru mundur dan menjulurkan pedangnya untuk bertahan. Ketika cahaya putih dari tebasannya menghilang, Suimei melompat ke belakang agar keluar dari jangkauan Titania. Lalu, sekali lagi melihat ke pedang miliknya sendiri, Suimei meragukan mata miliknya. Pedang yang Suimei gunakan untuk menangkis dalam keadaan buru-buru sekarang tinggal tersisa setengah dari sebelumnya. Selain itu semua, bagian dimana itu terpotong terlihat seperti sendok yang mengambil sebuah puding, menyisakan potongan silang yang benar-benar halus. (TL/N : Jadi keknya itu kaya tebasan angin gak keliatan gitu, cukup bingung juga aku disini.)

“H-hei! Tunggu! Teknik macam apa itu tadi?!”

“Teknik berpedangku berbeda dengan para ahli pedang lain karena milikku cukup curang. Normalnya, tidak ada yang bisa memotong sebuah pedang tanpa serangan langsung, tapi pedangku bisa memotong apa saja bahkan jika dalam tebasan lengkung di udara.”

Pedang panjangnya sekali lagi mengeluarkan suara angin disaat Titania menyatakan itu, dan Suimei punggung Suimei bergetar sekali lagi. Sungguh, ini secara fisik harusnya mustahil, tapi Suimei tahu lebih baik daripada siapapun bahwa ada pengecualian dari apapun yang ada. Sangat mungkin bahwa gadis yang memanggil dirinya seorang putri menghuni wilayah seperti itu. Suimei bahkan tidak menghabiskan lebih dari dua detik untuk memikirkan hal seperti itu, tapi dijeda yang sebentar ini, Titania sudah berhasil menutup jarak diantara mereka.

“Terlalu cepat, sialan!”

Mengeluh, Suimei melompat ke samping. Akan tetapi, karena pergerakan menghindarnya sangat mudah ditebak, Titania tidak mengalihkan pandangan matanya. Titania dengan cepat membuat ayunan horizontal untuk mencoba mengenainya. Suimei menggunakan pedangnya yang telah memendek untuk menangkis serangan itu, tapi jelas Suimei tidak diuntungkan. Tidak peduli seberapa keras Suimei berjuang, dia tidak bisa menghindari masa depannya yang akan semakin buruk dan selalu memburuk.

Tiba-tiba, Titania mengayunkan pedang kanannya. Merasa akan ada serangan dari atas kepala, Suimei bertindak sesuai nalurinya tampa memikirkan apapun. Pedang datang dari atas kepalanya seolah-olah akan menjatuhkan dirinya.

“Pergerakan itu terlalu naif.”

Dia menyatakan pernyataan itu sedingin sentuhan pedang. Gerakan yang Titania maksud adalah gerakan tiba-tiba Suimei, meskipun itu hanyalah pukulan pedang ringan Titania yang bahkan tidak akan menjatuhkan Suimei. Saat Suimei mulai menggerutu tentang bagaimana dia terpancing dengan sempurna, kedua pedang Titania bergabung di arah lintasan yang sama secara bersamaan. Suimei tidak akan bisa menghentikannya. Tapi yang lebih buruk, lututnya tiba-tiba terjatuh.

“Apa—?!”

Kaki Suimei disandung dari bawah. Ini terlalu telat bagi Suimei untuk menyadarinya. Suimei tidak bisa mempertahankan posturnya dan dengan ceroboh jatuh terpengkok. Apa yang selanjutnya terjadi adalah tusukan cahaya perak yang terpantul di pedang Titania. Suimei bisa bereaksi, tapi dia berada di postus yang buruk. Cahaya perak itu melesat tepat ke lehernya.

“Kamu bahkan tidak bisa melakukan perlawanan. Jadi, dengan ini, sudah diputuskan. Suimei, aku akan mengakui kekalahanmu disini.”

Seperti yang diduga, pengakuan dingin menghampirinya. Semangat bertarung Titania mengatakan padanya untuk menyerah dan menerima kondisi yang dipaksakan Titania sambil dia mengacungkan pedangnya ke leher Suimei. Akan tetapi...

“Maaf, tapi aku tidak bisa mengizinkannya.”

“Aku takut, pemenangnya sudah diputuskan.”

Meskipun sekali lagi Titania menyatakan keputusannya, Suimei dengan tegas menggelengkan kepalanya.

“Kenapa? Kenapa kamu sangat terpaku dalam hal ini?”

“Aku punya janji di dunia itu, dan aku harus kembali dan pasti harus memenuhinya. Selain itu, aku punya hal-hal disini yang harus kucapai juga.”

Suimei berbicara sambil menatap Titania. Dia harus kembali; tidak ada pilihan lain. Suimei sekarang juga punya Liliana dan Lefille ditanggungannya. Dia tidak bisa menerima kekalahan disini.

“Jadi begitu...? Maka, ini disesalkan, tapi aku akan menempatkanmu dalam pengalaman yang menyakitkan.”

“Pengalaman yang menyakitkan? Dan apa yang kamu rencanakan?”

“Jika kamu terluka, kamu tidak akan bisa meneruskan pencarianmu sendiri. Kamu akan dipaksa menyerahkan itu kepada White Flame-dono.”

“Kamu sungguh kasar...”

“Aku tidak akan minta maaf. Lagipula, ini kewajiban yang harus kutanggung.”

Cahaya dimata Titania berubah dingin. Mengintimidasi, tapi mungkin karena perubahan itu, dia berkedip. Di dalam momen singkat itu yang bahkan belum sampai satu detik, Suimei tiba-tiba menghilang dipandangan Titania.

“Ap—?! Kemana?!”

Suimei menghilang dengan cepat disaat Titania berubah menjadi dingin. Mencari keberadaan Suimei, Titania melihat ke kanan, ke kiri. Tetap, Suimei tidak bisa ditemukan. Hanya suaranya yang bergema di udara.

“Kamu salah membaca situasi, putri. Bukankah ini masih terlalu awal untuk menyatakan kemenanganmu?”

“Dimana kamu?!”

“Disini.”

Dibanding sebelumnya, suara Suimei sekarang dipenuhi tekad dan berbunyi keras dan jelas diudara. Saat itu terjadi, beberapa ledakan muncul dari tanah sekitar Titania, cukup kuat untuk merusak tanah. Sambil mempertahankan posturnya, Titania melompat kedepan dan mendarat dibelakang Suimei. Sekarang Suimei menggunakan setelan hitam yang tidak Titania kenali. Entah kenapa, tangan kanan Suimei terulur seperti dia baru saja selesai menjentikkan jarinya.

Melihat ke arah wajah Titania, yang sedang terkejut, Suimei diam-diam mengambil napas seperti dia menyerah... Rasa tidak enak setelah menggunakan magicka ke teman yang bahkan bukan seorang penyihir mengisi mulutnya. Ini seolah-olah Suimei telah menahan perasaan itu dalam hati terdalamnya hingga dia tidak akan pernah lupa. Kecuali sesuatu yang buruk terjadi, ini adalah hal yang sudah dia putuskan agar tidak melakukannya. Tapi dia harus menang disini untuk mengambil tanggung jawabnya tuk orang-orang yang sudah berada dalam perawatannya. Suimei tidak boleh kalah disini. Dan lalu, dia membalikkan perkataannya itu.

“Jadi. Aku juga akan memperkenalkan diriku dihadapanmu, putri. Aku seorang yang termasuk dalam Asosiasi Penyihir, Penyihir Yakagi Suimei.”

Dan dengan petir keras, sekeliling mereka sudah dipenuhi oleh mananya yang kuat.

Sebelum | Daftar Isi | Sesudah

Comments

Popular posts from this blog

idstori situs informatif untuk kebutuhan anda

Informasi sejarah dunia terlengkap hanya di sezaman

Yoo In Na and Jennie BLACKPINK become the Top Most Popular Korean Female Ad Models in March