Chapter 3 Bagian 2 IseMahou


Senja, Menari

Dari banyaknya orang yang tidak berbeda jauh dari ramainya sebuah taman hiburan dihari libur, Mizuki hampir tidak bisa keluar. Dia berdiri sambil kedua tangannya berada dilututnya, sedang mengatur napas. Lalu, sambil menyeka keringat dialisnya, dia mengeluarkan keluh kesalnya.

“Di-disini banyaaaak sekali orang!”

Dibelakangnya ada sosok Reiji dan orang orang yang terdesak desak oleh kerumunan dan berkeringat karena udara pengap. Reiji mengeluarkan beberapa kata persetujuan, dan Titania yang sedang duduk diatas koper kayu mulai menyeka keringat yang ada dialisnya dengan sapu tangan yang dia terima dari kesatria yang mengawalnya.

Party Reiji baru sampai hari ini di ibukota kekaisaran, dan sebab dari kelelahan dan kekesalan mereka karena banjirnya ibukota kekaisaran dengan orang orang yang baru saja sampai. Kota terasa sesak. Turis, pedagang, penganut gereja Salvation, dan segala macam pengunjung ibukota memenuhi jalanan. Hampir tidak ada tempat untuk mereka berdiri, apalagi beristirahat. Ditengah warna warni keramaian, yang menarik mata Reiji adalah rambut hitam panjang Mizuki yang menenangkan.

Menghalangi sinar matahari dengan tangannya, Reiji berhasil menutupi matanya tuk mengintip kearah langit cerah. Saat tiba di ibukota, dia senang dengan cuaca yang bagus, tapi dia sekarang agak merasa muak. Sekilas dia melihat rambut warna biru disudut pandang matanya. Dan sebelum dia mengetahui siapa, Titania mulai mengeluh pada Mizuki.

“Ini mungkin karena parade yang akan dilakukan pahlawan yang dipanggil oleh Holy State, kan?”

“Jika aku benar, parade nya masih beberapa hari lagi kan? Gimana jadinya nanti waktu dilaksanakannya...?”

Mendengar perkataan Mizuki, wajah semua orang dipenuhi rasa takut. Tidak ada yang mau memikirkan itu. Banyaknya orang memang jadi salah satu masalah, tapi ada suatu yang lebih penting daripada itu.

“Mungkin, kita tidak bisa menemukan suatu penginapan, huh?”

“Iya, kan...? Aaah, apa yang harus kita lakukan?”

“Jika kita dengan sopan meminta pada gereja Salvation, aku yakin mereka akan menerima kita... lagipula Reiji-sama seorang pahlawan.”

“Yeah, kita selalu punya cadangan! Ide bagus, Tia!”

Mizuki dengan senang hati mengacungkan jempolnya menyetujui saran Titania. Namun Reiji menggelengkan kepalanya.

“Kupikir jangan.”

“Apa? Ke-kenapa tidak? Apa yang salah, Reiji-kun?”

“Jika kita memanfaatkan namaku seperti itu, seluruh orang dari ibukota kekaisaran akan tahu kita disini. Dengan itu, aku pikir kita tidak bisa bergerak dengan bebas.”

“Memang, aku tidak bisa menyangkal kemungkinan pengikut gereja Salvation menyebarkan hal itu. Jika kita berjalan-jalan ditengah kota, aku yakin dengan cepat kita akan dikerumuni. Dan sama seperti pahlawan dari Holy State, mereka mungkin akan memaksa untuk mengadakan parade untuk kita juga. Terlepas, apakah itu masalah menerima berkah atau bukan, mungkin kita harus menahan diri. Juga, ada banyak dari kita.”

“Aku tidak yakin tentang menerima berkah juga.”

Reiji setuju dengan putri dalam hal itu. Namun jika kehadiran Reiji diketahui publik, akan ada bahaya bahwa mereka mungkin tidak bakalan bisa mengambil tindakan dalam kekaisaran. Bagaimanapun, orang orang percaya Reiji yang mengalahkan Rajas. Berkat rumor yang menyebar di kota Kurant, Reiji dan party nya dipaksa untuk tetap bersembunyi di penginapan. Mengingat hal itu, tidaklah sulit untuk membayangkan hal yang sama terjadi lagi disini.
Terlebih, alasan mereka datang ke Kekaisaran adalah untuk melihat pergerakan Graziella. Akan ada beberapa keuntungan jika mereka diketahui publik, tapi untuk saat ini, mereka setidaknya perlu bertindak sesuai instruksi Hadorious. Secara personal Reiji juga tertarik pada Graziella.

“Uuugh... lalu kita akan berkemah diluar? Kita akhirnya sampai dikota besar. Aku tidak ingin berkemah...”

Mizuki orangnya tidak manja, tapi entah kenapa dia malah cengeng. Selama perjalanan mereka, mereka jarang berkemah. Ketika mereka berkemah, itu hanya ketika tidak ada pilihan untuk menginap. Reiji bisa mengerti apa yang dia rasakan. Setelah datang ke kota besar, dipaksa untuk berkemah diluar adalah sesuatu yang juga ia tidak inginkan.

“Memang, beristirahat tanpa tempat yang nyaman untuk tidur tidak baik untuk kesehatanmu. Aku pikir lebih baik jika kita bisa menemukan penginapan.”

“Iya, kan? Tapi apa yang akan kita lakukan?”

Baik istiharat dan tugas mereka itu sama sama penting. Namun, dalam situasi ini, mereka tidak punya solusi untuk menyelesaikan keduanya.

“Kenapa kita tidak coba di distrik yang berbeda? Mungkin disebelah sana...”

Disaat Mizuki menyarankan untuk pindah kebagian lain dari kota, kesatria senior Gregory meringis dengan ekspresi kaku.

“Jangan Mizuki-dono, itu tidak akan berhasil. Bahkan jika ada penginapan yang tersedia diluar distrik utama, penginapan murah seperti itu akan lebih buruk daripada berkemah. Ini akan menjadi sesuatu yang tidak sehat untuk Mizuki-dono dan Yang Mulia.”

“Ap-apakah begitu...?”

Yang bisa Mizuki dengar dari penolakan keras Gregory adalah, seperti seorang ayah yang sedang menolak suatu permintaan. Merasa putus asa dan tanpa harapan, Mizuki mengangguk dan menyerah perlahan. Saat dia seperti itu, kesatria yang lebih muda bernama Roffrey angkat bicara.

“Jika kita mencari disekitaran distrik, aku pikir setidaknya kita bisa menemukan tempat untuk Yang Mulia, Reiji-dono, dan Mizuki-dono.”

“Hanya kita bertiga? Lalu dimana kalian dan yang lain akan tinggal...?”

“Tidak perlu khawatir pada kami, my lady . Prioritas utama kami adalah anda, pahlawan, dan tuan putri.”

Mendukung perkataan Roffrey, Luka menyampaikan pendapatnya. Namun meskipun begitu, Reiji merasa sulit untuk menerima hal itu.

“Hmm... Mungkin lebih baik kita menerimanya, dan pergi ke gereja saja.”

Saat kelompok itu berpikir keras bersama tentang apa yang harus dilakukan, mereka tiba tiba mendengar teriak cukup dekat dari seorang gadis muda.

“Berhenti! Jangan mendekat lagi!”

Semua orang saling menatap satu sama lain.

“Reiji-sama...”

“Itu terdengar dekat. Ayo coba kita lihat.”

Reiji memimpin jalan ke arah suara yang terdengar. Dia tahu ada bahaya yang terjadi. Saat berbelok ke sudut gang, dia melihat seorang pria aneh sedang memojokkan seorang gadis kecil.

“R-Reiji-kun, itu...”

“Yeah, aku tahu.”

Reiji tahu apa yang sedang tejadi dalam sekejap, dan pergi untuk menghentikan pria itu. Melihat Reiji yang berlari dengan ekspresi bermartabat, wajah Titania memerah padam.

“Seperti yang diharapkan dari Reiji-sama... Mizuki, apakah kamu melihatnya? Wajah gagahnya yang sedang melawan kejahatan?”

“Aku terbiasa melihat Reiji-kun yang seperti itu.”

Mizuki membusungkan dadanya dengan senyuman bangga. Titania dengan getir mengerutkan keningnya, kecemburuan terlukis jelas diwajahnya.

“Sungguh tidak adil...”

Sementara itu, Reiji telah menengahi antara pria dan gadis kecil.

“Ke-kenapa denganmu?!”

“Kamu tidak perlu tahu apapun tentangku. Itu sama sekali bukan urusanmu. Pergi sekarang dari gadis ini. Jika tidak...”

Saat dia berbicara seperti itu, dia menajamkan tatapannya dan menatap kuat pria didepannya. Pria itu menjerit menyedihkan, tapi agar lebih yakin, Reiji mulai menarik pedang yang ada disarungnya.

“E-EEEEEK!”

Sebelumnya Reiji telah bertarung dengan demon dan monster didunia ini, tidak mungkin pria yang terlihat berencana menculik seorang gadis kecil bisa bertahan melawannya. Dengan kecepatan luar biasa, pria itu berbalik dan lari secepat yang kakinya bisa lakukan.

“Syukurlah. Untuk seorang pria dewasa melakukan hal semacam ini...”

Reiji mendesah pada perilaku yang dilakukan pria tadi. Ketika dia berbalik, gadis kecil itu membungkuk pada Reiji.

“Terima kasih telah menyelamatkanku.”

“Jangan dipikirkan. Tadi itu bukan apa-apa. Tapi kamu tidak kenapa kenapa kan? Apakah dia melakukan sesuatu padamu?”

“Aku tidak apa apa. Setelah aku berteriak, kamu langsung datang.”

Reiji mengobrol singkat dengan si gadis kecil. Penampilan gadis itu sangat mencolok. Dia memiliki rambut merah yang tersisir rapi, dan dua tahi lalat dibawah matanya. Dia cukup cantik sehingga Reiji hampir mengerti kenapa pria tadi ingin menculiknya. Namun, setelah dilihat lebih dekat, dia sikap dan perilakunya menunjukkan kesan yang bermartabat. Disaat Reiji memikirkan hal-hal itu, si gadis melihat kearah tempat pria itu berlari.

“Aku bersyukur kamu menyelamatkanku, tapi caramu untuk mengusirnya... apakah tidak terlalu kasar?”

“Aku akan langsung maju dan menyelesaikan masalah anehmu: disaat ketika masalah  sudah menjadi aneh, sedikit kasar adalah pilihan yang terbaik.”

“Begitu... Sepertinya benar, yah?”

Gadis itu terlihat yakin. Orang-orang yang seperti tadi tidak patut untuk diajak bicara. Mencoba menyelesaikan masalah tadi dengan cara baik-baik mungkin akan membuat situasi semakin buruk. Saat mereka sedang mengobrol, Mizuki dan yang lainnya akhirnya menyusul Reiji dan mendekat dari arah belakang.

“Orang-orang seperti itu ada dimana-mana, yah...?”

“Didunia ini, mereka dipanggil pedofil. Apakah mereka juga ada diduniamu juga?”

“Yeah, kamu akan dengar tentang mereka di berita sesekali setelah mereka telah ditangkap.”

Reiji bisa mendengar diskusi detail Mizuki dan Titania dibelakangnya. Tapi perhatian Reiji tertuju pada gadis didepannya, yang dengan sopan mengenalkan dirinya.

“Namaku adalah Lefille Grakis. Izinkan saya untuk berterima kasih sekali lagi. Jika boleh tahu, siapa namamu?”

“Aku bukan seseorang yang patut untuk diingat... akan sedikit sombong jika aku berkata begitu, huh? Namaku Reiji Shana.”

Ketika Reiji memperkenalkan diri, Lefille mengerutkan alisnya.

“Reiji-san, kan? Mungkinkah kamu... seorang yang dikenal Suimei-kun?”

“Huh?”

“Apa?”

“Suimei... Kamu tahu Suimei?!”

Lefille mengangguk pada pertanyaan Reiji. Kedua gadis dibelakang Reiji yang juga mendengar perkataan itu, membuat pertanyaan muncul dalam kepala mereka.


 Setelah pertemuan berbahaya dengan seorang yang mesum, Lefille sekarang sedang menuju ke rumah dengan Reiji dan kawan kawannya. Setelah mengetahui bahwa Reiji dan kawan kawannya adalah kenalan Suimei, Lefille memandu mereka ke rumah milik Suimei.

“Jadi kamu datang ke Kekaisaran bersama dengan Suimei, Lefille-chan?”

“Hmph... Aku tidak terlalu senang tentang ‘-chan’ dinamaku, tapi... yah, terserahlah. Iya, begitulah yang terjadi.”

“Huh? Tapi Lefille-chan, bukankah ada banyak demon di daerah sana pada waktu itu?”

Dihadapkan dengan kecurigaan Mizuki, Lefille terpaksa membuat cerita yang masuk akal.

“Y-ya, yah, kita beruntung bisa lolos dari mereka. Setelah kabur dari kota Kurant, kita datang ke Nelferia.”

“Jadi begitu. Kita mungkin saja tidak melihatmu disuatu tempat, huh?”

“Memang, kita juga tidak pernah berpikir untuk memeriksa daftar pengunjung dikota sana. Kita semua berpikir kalau Suimei belum sampai di kota Kurant. Sungguh ceroboh.”

Titania merasa terganggu karena hal itu. Sebaliknya, Mizuki—tersenyum cerah dan menarik napas lega—karena kecemasan besar yang dia bawa selama ini telah hilang.

“Tapi sungguh, syukurlah Suimei-kun baik-baik saja.”

“Yeah. Seperti biasa, dia punya keberuntungan yang bagus dalam keluar dari apapun masalah yang dia hadapi...”

“Sungguh, meskipun... Setelah dia bilang ‘aku tidak ingin terlibat bahaya’, apa yang dia lakukan?”

“Tapi bukankah dia selalu seperti itu? Dia awalnya selalu mengeluh, tapi entah bagaimana, dia selalu terlibat dalam masalah seperti itu.”

“Yeah, kamu benar.”

Reiji dan Mizuki dengan gembira berbicara tentang teman mereka, mereka berdua bersyukur mendengar bahwa dia baik-baik saja. Lefille tersenyum, karena dia memiliki pemahaman yang sangat baik pada apa yang mereka berdua bicarakan.

“Dari apa yang sudah kudengar, aku membayangkan kalian adalah teman yang sangat dekat. Sepertinya aku memang benar.”

“Aku sudah kenal Suimei-kun sekitar empat tahun, tapi untuk Reiji-kun, itu sudah lima atau enam tahun, kan?”

Perbedaannya hanya beberapa tahun. Keduanya terlihat cukup dekat untuk dipanggil sebagai teman semasa kecil. Saat mereka terus berbicara tentang Suimei—seberapa tsundere hati dia, bagaimana dia selalu bertingkah keren, bagaimana dia selalu berakhir melawak, dan segala macam tingkah lainnya—mereka akhirnya sampai ditujuan.

“Nah disinilah. Ini dia.”

Saat mereka tiba dibelokan, jalan gang buntu terlihat oleh Lefille. Dulunya tempat itu kotor dan tercemar bau busuk di udara. Tapi setelah Suimei menggunakan metode pembersihan khusus, sekarang ini sudah jadi rapi dan bersih.

“Jadi dia tinggal ditempat semacam ini, huh? Sejak memasuki gang ini, aku sudah berpikir tentang sesuatu yang kotor. Tapi mengejutkannya tempat ini menyenangkan.”

“Sungguh cantiknya. Sebelumnya, aku sangat yakin ini akan menjadi tempat aneh dan membosankan, kamu tahu?”

Titania dan Mizuki sama-sama terkejut pada perbedaan jelas dipemandangan ini dibandingkan dari tempat lain dari daerah yang sama. Suasana gelap, suram, dan kotor tiba-tiba menghilang dan berubah menjadi sesuatu yang cerah. Sebagian karena Suimei telah melakukan sesuatu pada berbagai hal. Dia terus mengatakan rumah-rumah didaerah ini terlalu menjijikan, sehingga dia selalu merasa tidak senang. Bahkan dia sepertinya telah menambahi meja dan kursi yang berada diluar dengan magicka agar tidak berjamur. Dia yakin, tempat yang disebut rumah harus dirawat sesuai yang dia inginkan, atau jika tidak, dia tidak akan pernah puas. Dan beginilah tempat yang mereka sedang masuki. Lefille berjalan kearah sana dan membuka pintu depan rumah.

“Aku pulang.”

Saat Lefille bilang begitu, Felmenia yang sedang memakai apron datang untuk menyapanya.

“Lefille, selamat datang—Oh?”

Ekspresi wajahnya persis seperti orang yang benar benar terkejut. Saat dia melihat beberapa orang dibelakang Lefille, dia diam membeku. Reiji dan yang lain juga sama. Setelah jeda yang tidak wajar, Titania lah yang mulai angkat bicara.

“White Flame-dono?!”

“Ya-yang Mulia dan Hero-dono dan Mizuki-dono?! Kenapa kalian...”

Saat dia hendak mempertanyakan apa yang terjadi, Felmenia tiba tiba sadar. “Ah sial” adalah hal yang terlintas dikepalanya. Dia dengan cepat melepas apron yang dia kenakan dan melemparnya ke samping dengan kasar. Tanpa melihat kemana arah lemparannya, dia pergi ke cermin panjang yang terletak di pintu masuk. Lalu dia memeriksa rambutnya, kepang yang menutupi telinganya, wajahnya, dan segala hal lain dengan gerakan cepat dan lincah. Setelah memasang wajah serius dan keren yang selalu dia tampilkan di Camellia, dia membungkuk pada para tamu.

“Maksudku... Sudah lama tak berjumpa, semuanya.”

Setelah membungkuk cukup dalam dan panjang untuk menunjukkan penghormatan yang benar pada atasan, Felmenia menaikkan kepalanya dan bertemu ke arah mata Lefille.

“Lefille, kenapa kamu bersama dengan party Yang Mulia?”

“Mereka menyelamatkanku setelah aku ada masalah dengan seorang pria asing. Ketika aku menanyakan nama mereka, aku pikir namanya terdengar familiar... dan lalu jadi seperti sekarang.”

Suatu kebetulan dan ini agak luar biasa. Felmenia masih terlihat cukup terkejut. Reiji lalu bertanya sesuatu padanya.

“Sensei, kenapa kamu disini? Aku pikir kamu sedang berada dibawah perintah langsung Raja Almadious?”

“Um... Itu benar. Mari bicarakan tentang detail nya didalam.”

Saat dia mendesak mereka masuk, sebuah suara lesu memanggil dari dalam.

“Hei, apakah sedang ada tamu?”

Lalu sosok Suimei terlihat dari pintu masuk. Ketika dia melihat Reiji dan yang lainnya berada dibelakang Felmenia, dia cemberut seperti baru saja melihat hantu.

“Huh...?”

Mereka bertiga memanggilnya saat Suimei masih kebingungan.

“Lama tak berjumpa, Suimei.”

“Heyo, Suimei-kun!”

“Sudah cukup lama ya, Suimei.”

“HUUUUUUUH?!”


 Setelah reuni mengejutkan dengan kelompok Reiji, Suimei mengundang mereka semua untuk masuk ke ruang tamu setelah dia menenangkan diri. Menimbang banyaknya orang, semua orang tidak bisa muat dalam sebuah meja. Reiji, Mizuki, dan Titania duduk didepan meja, sementara para kesatria duduk dibelakangnya. Karena ada Titania disini, Felmenia menolak untuk duduk di depan meja yang sama dengan putri, dan lebih memilih berdiri dibelakang Suimei. Lefille merasa tidak nyaman tentang kehadiran banyak orang dan bersembunyi dibalik Felmenia. Untuk Liliana, dia sedang duduk di sofa. Suimei masih sepenuhnya bingung pada kunjungan mendadak ini, dan semua saling menatap satu persatu sebelum ada yang berbicara.

“Astaga, berpikir bahwa Reiji telah menyelamatkan Lefi...”

“Aku juga sama. Aku tidak pernah membayangkan Lefille-chan adalah seorang kenalanmu.”

“Sama, huh? Memang, takdir merupakan hal yang misterius.”

Saat Mizuki memotong pembicaraan, bibir Suimei melengkung menjadi senyum nakal.

“Apa? Bukankah kamu berpikir, ‘Oh, ini pasti bimbingan dari bintang bintang’?”

“Jeez! Kenapa kamu meledekku yang baru tiba ini?!”

Mizuki dengan marah menggembungkan pipinya ke Suimei yang dengan sengaja mengungkit masa lalunya.  Suimei dan Reiji tersenyum melihat reaksi menarik Mizuki. Tentu, ini semua memang tidak berarti, tidak bisa dipahami, atau dengan mudahnya aneh bagi orang lain. Titania, yang duduk disebelah Reiji, melihat ke arah Felmenia yang masih berdiri dibelakang Suimei.

“Aku khawatir tentang apa yang terjadi setelah kamu pergi dari kota Kurant, tapi sepertinya tugasmu berhubungan dengan Suimei. Apakah itu benar, White Flame-dono?”

“Ya. Atas perintah Yang Mulia Raja, aku mempercayakan kemampuanku yang sederhana ke Suimei-dono.”

“Seperti yang diharapkan dari rasa tanggung jawab kuat White Flame-dono.”

“Apa? Ah, tidak, ini bukan begitu...”

“Sungguh rendah hati. Untuk bertanggung jawab memanggil Suimei, apakah ayahku tidak meminta White Flame lansung untuk mendukungnya? Jika bukan karena itu, anda tidak akan pergi melewati banyak bahaya untuk sampai ke Kekaisaran, kan?”

Saat Titania sampai pada kesimpulannya, Reiji mengangguk setuju. Dia terlihat bangga pada guru dan dedikasinya, tapi jelas dia terlalu kagum dan berlebihan.

“Saat itu, aku yakin kamu sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan seseorang yang telah menghancurkan pasukan demon, tapi... Sepertinya prediksiku salah.”

Itu tidak benar. Tapi tidak mungkin seseorang bisa memberitahunya hal itu. Melihat ke intuisi tajam Titania, Felmenia dan Lefille terlihat gugup.

“Ngomong-ngomong, kenapa kamu ada di Kekaisaran, Suimei?”

“Aku sedang mencari cara pulang. Jadi aku berpetualang atas kemauanku sendiri.”

‘Begitu ya. Jadi itulah kenapa kamu meninggalkan istana. Terus apa yang terjadi setelah itu?”

“Aku yakin kamu sudah tahu, aku berpergian bersama dengan Lefi dan karavan pedagang lalu akhirnya berpisah dengan mereka, lalu aku dan Lefi menerobos lewat hutan dan sampai ke kota Kurant.”

“Lalu... para demon?”

“Yah, kita bertemu sedikit dengan mereka. Lalu banyak hal terjadi, dan kita berakhir tinggal bersama...”

Penjelasan singkat, dengan senyum masam dan aura kepercayaan diri yang aneh, Suimei membuat cerita yang masuk akal. Reiji dan yang lain mendengarkannya seolah mereka sedang diyakinkan. Akan tetapi, Mizuki tidak melewatkan kesempatannya untuk melempar sebuah lelucon.

“Banyak hal yang terjadi dan kamu akhirnya tinggal bersama dengan gadis kecil yang manis? Apa maksudnya itu, Suimei-kun?”

 “Oh, dan saat itulah Menia muncul dan mulai mengajariku sihir.”

“Suimei-kun dengan mudahnya mengabaikanku...”

Pura-pura tidak mendengar Mizuki yang menyerang Suimei dengan pertanyaan, Suimei melanjutkan ceritanya. Felmenia dan Lefille yang juga sedang mendengarkan percakapan mereka dibelakang Suimei, saling membuat ekspresi jijik ketika mereka berbisik satu sama lain.
“Dia benar-benar bisa mengatakan semua kebohongan itu dengan tenang...”

“Kamu sekarang bisa bilang, dia baru menjadi sedikit licik. Dan itu bukan sebuah pujian.”

Normalnya, mereka berdua kagum dan juga merasa sedikit tidak enak. Tanpa sedikitpun petunjuk kebohongan diwajah Suimei, dia dengan santai memberikan teman-temannya kebohongan yang seolah-olah dijadikan fakta. Tentu mereka tercengang. Tahu yang sebenarnya terjadi, mereka hanya bisa bilang itu tak tahu malu, meskipun teman-temannya percaya padanya tanpa ragu. Mereka berpikir apakah ini sebuah magicka khusus. Tapi disaat percakapan mereka berakhir, Reiji mengalihkan perhatiannya pada Liliana yang sedang duduk diam di sofa disisi lain ruangan.

“Sekarang aku berpikir, siapa anak kecil disana itu?”

Suimei menoleh terlihat khawatir.

“Itu... Yah, ada suatu keadaan khusus.”

Sulit untuk membicarakan tentang keadaan khusus itu, tapi dia memberi tahu mereka. Ini cukup dilema. Saat semua mata tertuju pada Liliana, dia berdiri dan dengan rendah hati membungkukkan kepalanya.

“Namaku Liliana Zandyke.”

“Liliana-chan, hmmm? Tunggu, bukankah Liliana Zandyke...”

Sepertinya Reiji telah mendengar nama itu sebelumnya. Dia melihat keatas seolah sedang mengingat dan mencari-cari ingatan itu. Bahkan dalam bisingnya percakapan di jalanan kota, pembicaraan tentang perburuan masih menyebar disekitar. Mungkin seperti yang diharapkan, Titania juga mengerti nama terkenal itu.

“Salah satu elit duabelas kekaisaran. Sekarang, dia harusnya ada dalam daftar buron kota.”

“Iya itu! Diingat-ingat lagi, bukankah kita dengar bahwa dia dalang dibalik suatu insiden?!”

“...Bukankah aku barusan bilang ada keadaan khusus?”

Suimei menghela napas sambil mengangkat bahunya, lalu Suimei mulai memberi ringkasan apa yang sebenarnya terjadi ke Reiji dan kawan kawannya.


“Jadi begitu...”

“Itu cukup rumit, huh?”

Mendengar penjelasan Suimei tentang insiden dan keadaan Liliana, awalnya Reiji dan Mizuki menatap kasihan pada dia, tapi dengan cepat mendesah ketika diakhir dari cerita. Suimei melihat ke Lefille yang dengan lembut memeluk dan mengelus rambut Liliana, dan diam-diam menganggukkan kepalanya. Mungkin karena perpisahannya dengan Rogue, Lefille sudah berusaha untuk menghibur Liliana sejak dia datang ke rumah ini. Suimei tidak ingin melakukan atau mengatakan sesuatu yang mungkin akan terlalu membebani hatnya, tapi dia harus menjelaskan. Dan disaat ceritanya berakhir, Reiji melihat pada Suimei dengan ekspresi serius.

“Jadi apa yang kamu rencanakan tentang Liliana?”

“Hmm? Oh, aku akan melindunginya disini.”

“Bukankah itu tidak akan menyelesaikan sesuatu?”

“Itu benar. Itulah kenapa tujuan lain kita adalah mencari dalang aslinya dan menangkapnya. Setelah itu, kita bisa jelaskan situasinya dan menyerahkan dalang aslinya.”

“Itu mungkin benar, tapi apakah orang-orang Kekaisaran tidak memintamu untuk menyerahkan Liliana-chan juga?”

“Yah, kemungkinannya delapan atau sembilan dari sepuluh.”

Suimei setuju dengan penilaian Reiji. Bahkan jika Liliana dikontrol seseorang, itu tidak merubah fakta bahwa dia juga melakukan tindakan insiden. Tidak sulit untuk membayangkan orang orang meminta untuk Liliana agar diserahkan. Tapi selama dia masih melindunginya, tidak mungkin Suimei akan tetap diam.

“Yah, jika sesuatu seperti itu terjadi, haruskah kita melarikan diri ke negara lain?”

Didunia ini, jika mereka berhasil melewati perbatasan, kemungkinan besar tidak ada orang dari Kekaisaran yang bisa mengejar mereka. Ini membuat pelarian ke negara yang berbeda menjadi pilihan yang bagus. Saat dia mengajukan hal itu, Suimei tersenyum ke Lefille dan Felmenia. Felmenia dengan tenang mengangguk. Dan setelah jeda sejenak karena terkejut, Lefille menunjukkan senyum berani.

“Kamu memang orang yang impulsif.” (TL/N : impulsif berarti bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati)

Lalu Liliana berdiri, wajahnya pucat.

“Ta-tapi, itu...”

Liliana memasang ekspresi cemas, yang menunjukkan bahwa dia tidak ingin menyusahkan yang lain. Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan penolakannya, Suimei tertawa ria.

“Aku tidak masalah sama sekali, kau tahu. Tapi jika semuanya menolak, akan kupikirkan cara yang lain.”

“Aku disini karena untuk membantu Suimei-dono. Aku akan patuh pada niat apapun yang akan Suimei-dono lakukan.”

“Sama sepertiku. Tinggal di Kekaisaran memang enak, tapi aku akan menemani Suimei-kun kemana pun dia pergi.”

“Lihat? Tidak ada yang menolak.”

Bahkan saat Suimei tersenyum ke Liliana, sambil bilang bahwa dia tidak perlu khawatir, tapi tidak ada yang bisa meredakan kesedihannya. Namun, ini sudah diputuskan. Dia tidak punya pilihan selain mengikutinya. Saat mereka menyimpulkan hal itu, Suimei menolehkan kepalanya.

“Jadi bagaimana tentang itu.”

“Patut dicoba.”

Reiji menutup matanya dan mengangguk. Mizuki tersenyum kecut seperti dirinya sedang mengawasi sahabatnya yang bermasalah.

“Kau sama lembutnya seperti Reiji-kun, iya kan Suimei-kun?”

“Apa? Jangan samakan aku dengan orang ini, Mizuki. Aku tidak benar benar berhati lembut atau semacamnya...”

“Oh ya? Meskipun kamu mengatakan ide menghindari bahaya dan menolak ikut bersama kami, untuk siapa anak muda bodoh ini ikut campur ke semua masalah ini, huh?”

“G-Gee, siapa ya...”

Meskipun dia pura-pura bodoh, mata semua orang terfokus padanya.

“Oke, baiklah! Yeah, itu aku! Maaf tentang itu!”

Fakta bahwa dia malu dan marah adalah karena serangan dari semua sisi. Suimei menaikkan suaranya untuk menyembunyikan rasa malunya. Itu memang ada sedikit perlawanan, tapi hanya itu yang bisa dia balas ke serangan Mizuki. Bagi Suimei, ini baru pertama kalinya dia mengalami situasi seperti tidur dikasur penuh paku. Membersihkan tenggorokannya untuk mengubah suasana, dia mulai mengubah topik.

“Ngoomong-ngoomong, apa yang kalian lakukan di ibukota Kekaisaran? Jika aku ingat dengan benar, kamu bilang sedang menuju ke daerah otonomi, kan?”

“...Terkait itu, kita menghadapi keadaan khusus kami sendiri.”

Reiji tersenyum pahit. Seolah dibebani kesedihannya, suasana disekitanya menjadi berat. Sebagai gantinya, Titania yang melanjutkan.

“Suimei, apakah kamu tahu Duke Hadorious?”

“Yeah, aku mendengar dia dari Menia.”

“Tentang bagaimana dia menjerat kita, maksudmu?” Lefille menambahkan dengan nada tajam.

Seperti yang diduga, api kemarahan masih terbakar terang didalam tubuh kecilnya. Suaranya yang marah membuat tidak terdengar memaafkan orang itu. Saat Titania menunduk untuk minta maaf, Suimei menghentikan dia dengan tangannya dan menggelengkan kepala. Semuanya berpikiran sama—itu bukan salah Titania.

“Kami diberitahu oleh Duke untuk datang ke ibukota Kekaisaran dan mengecek pergerakan Yang Mulia Graziella.”

Mendengar nama itu dari mulut Reiji, salah satu alis Suimei terangkat.

“Maksudmu Graziella, seperti dalam... dia?

“Suimei-kun, kamu kenal dia?”

Suimei menjawab pertanyaan Mizuki dengan entah bagaimana sebuah ekspresi pahit.

“Yaaahh, sedikit... nah, kesampingkan itu, kenapa kalian mengikuti perkataan perintah duke? Sebagai pahlawan, bukankah kamu bisa menolaknya?”

Di istana Camellia, bahkan Raja Almadious memperlakukan Reiji dengan hormat. Dan ketika Graziella bersikap kasar pada Elliot, pelayan Graziella yang melihatnya tampak malu. Sepertinya posisi dan otoritas pahlawan jauh melampaui seorang bangsawan tunggal.

“Dia menyandra seorang anggota keluarga dan mengancam kami.”

“Anggota keluarga?”

Suimei bertanya tanya siapa yang dimaksud itu. Tidak mungkin kalau Duke bisa menyentuh keluarga Reiji. Lagipula mereka bahkan didunia yang berbeda. Saat Suimei memberi kesan bingung, salah satu kesatria, Gregory, yang telah duduk dibelakang Reiji dan yang lain, berdiri dari kursinya dan membungkukkan kepalanya minta maaf. Memahami situasi dari hal itu, Suimei bersandar perlahan ke kursinya dan berbicara dengan nada heran.

“Ada apa dengan itu? Orang itu benar-benar bajingan luar biasa, kan? Astaga... Sepertinya aku harus pergi dan memukulnya lebih cepat nanti, huh?”

Jika mereka membiarkan Hadorious sendirian, tidak akan ada yang tahu apa yang akan dia lakukan. Kelihatannya cukup penting untuk mencari kesempatan tuk bisa bertemu dengannya. Mendengar pernyataan Suimei, ekspresi wajah Reiji berubah serius.

“Suimei, Duke Hadorious itu kuat. Dia bahkan bisa menangkap dan menghentikan tinjuku.”

“Lalu kenapa? Apa ada hubungannya denganku?”

“Apakah kamu pikir bisa menghentikan pukulanku sekarang, Suimei?”

Saat Suimei mengolok Reiji, Reiji menyeringai dan membentuk kepalan seperti dia akan memukulkan leluconnya. Sebagai balasan, Suimei mengangkat kedua tangannya.

“Aku seorang pasifis. Aku menentang kekerasan.” (TL/N : Pasifis/pasifisme adalah orang-orang/ideologi yang menentang adanya perang)

“...Kamu memang pandai berbicara. Terlepas dari fakta mengejutkan kalau kamu ternyata tanpa ampun.”

Tatapan Reiji menembus rasa tak tahu malu Suimei. Mengangkat bahu seolah dia tidak tahu apa yang Reiji bicarakan, dia mengeluarkan desahan jengkel. Selanjutnya, Suimei berubah menjadi serius disaat dia menutup matanya dan mulai berpikir.

“Bagaimanapun juga... Graziella, yah? Hanya kenapa seorang bangsawan berkuasa  memaksamu melakukan hal semacam itu?”

“Sehubungan dengan itu, kita sendiri tidak terlalu tahu.”

Reiji menggelengkan kepalanya. Ekspresi sedih diwajahnya menunjukkan pada Suimei seberapa banyak kesusahan yang dia alami selama perjalanannya. Melihat itu, Suimei berkata apa yang dia dengar dari cerita dan penilainnya tanpa menahan diri.

“Entah bagaimana, itu terasa dia ingin kamu untuk masuk ke ibukota Kekaisaran.”

“Menginginkanku masuk ke ibukota Kekaisaran? Tapi harusnya tidak ada satupun demon di Kekaisaran...”

“Itulah kenapa. Tempat semacam ini tidak ada hubungannya dengan pahlawan. Selain itu, kamu disini bukan juga untuk menaikkan semangat warga negara sekutu. Harusnya tidak ada alasan untuk membuat pahlawan datang kesini, kan? Jika dia sehebat yang kamu bilang, dia harusnya punya banyak bawahan dan mata mata yang bisa dia kirim. Dan jika dia sepenasaran itu, dia pasti sudah ada disini. Dari apa yang kudengar, ini seperti Hadorious berusaha keras untuk membuatmu datang ke negara ini dengan segala cara.”

“Tapi, kenapa?”

Suimei menutup matanya saat dia mendengar pertanyaan dari Mizuki.

“Yah... Jika dia menyandera seseorang dan membuat ancaman, ini pasti suatu hal yang besar, huh?”

“Tapi Duke Hadorious hanya bilang ke kami untuk mengecek pergerakan Putri Graziella. Dia tidak memberitahu hal lain...”

Ekspresi Reiji menjadi sangat suram ketika dia tenggelam dalam pemikirannya tentang apa yang mungkin akan terjadi. Jika ini persis seperti yang Reiji bilang, dan Hadorious hanya ingin Reiji untuk mengintai Graziella, lalu Suimei bisa menganggap dia seorang yang sangat tidak kompeten. Jika hanya ingin mengintai atau mengecek Graziella, tidak ada gunanya membuat masalah dengan Reiji hanya untuk mengirim dia ke Kekaisaran dan membuat Reiji mengurus pekerjaan Hadorious.

“Tentu ini seperti yang Duke Hadorious bilang. Akhir-akhir ini Yang Mulia Putri Graziella cukup sibuk. Menggunakan kekuasaannya dimiliter, Graziella telah mengambil tindakan politik yang sangat ketat ke negara tetangga, dan cukup sering juga. Bagi Astel, ini bukan situasi yang bagus.”

Tidak ada yang bilang bahwa Titania salah, tetapi Suimei tidak bisa mempercayainya begitu saja. Dari arah percakapan, dia tidak bisa menghilangkan rasa tersirat pada tindakan Hadorious.

“Tapi ketika Putri Graziella menginvasi perbatasan, Duke Hadorious tidak benar-benar terlalu menyinggul hal itu, kan?”

“Aha, itu dia!”

Seolah-olah telah menemukan jawabannya, Suimei menjentikkan jarinya. Potongan petunjuk terakhir cocok pada pertanyaan natural Reiji.

“Apa maksudmu, Suimei?”

“Kamu bilang diwaktu itu Graziella menginvasi perbatasan, kan? Putri kekaisaran... Bagaimana dia bisa sampai ke tempat kalian berada?”

“Bagaimana dia bisa sampai? Kenapa bukan alasan kenapa dia ada disana?”

“Itu benar. Aku sedang berbicara tentang bagaimana dia bisa sampai ditempat itu.”

“Dia menerobos melewati benteng di perbatasan negara tanpa ada masalah sama sekali?”

Daripada Reiji, itu adalah Felmenia yang menjawab pertanyaan Suimei.

“Benar. Dari apa yang aku pernah lihat Yang Mulia Putri dan pasukan dibawah komandonya, sama sekali tidak terlihat menerima sebuah kerusakan.”

Felmenia merenungkan perkataannya sendiri. Setelah berkata hal itu, dia terlihat mengingat kejadian yang ada dikepalanya. Saat dia memikirkan tentang hal itu, Lefille menunjukkan ekspresi aneh.

“Itu jelas aneh... ketika aku ada disana dengan Suimei-kun, benteng yang ada di perbatasan negara ke Astel tidak terlihat lemah sampai bisa dikuasai begitu saja dengan mudah.”

“Jelas, tentu tidak, kan?”

Titania memiliki pendapat yang sama. Ekspresi bingung melayang diwajahnya saat dia menyadari belum memikirkan tentang ini sebelumnya. Benteng yang ada di berbatasan nasional dibangun dengan baik dan dijaga dengan matang. Tidak hanya punya sebuah jurang pertahanan, tetapi benteng juga punya gerbang besi yang sangat kuat. Waktu disaat gerbang dibuka dan ditutup sudah ditentukan sebelumnya, jadi bukan hal yang sederhana untuk melewatinya dengan paksa. Namun melihat kemampuan Graziella, dia dengan mudah melibas jalannya. Tidak sulit untuk membayangkan dia melakukannya. Namun jika dia menggunakan sihirnya untuk melakukan itu, keributan besar jelas tak terhindari. Akan ada kerusakan serius akibat itu. Namun sampai sekarang belum ada berita apapun.

“Selain itu, waktunya juga terlalu pas. Aku dengar dia sampai pada saat pasukan dari kota Kurant sedang mendekati para demon, kan?”

“Memang benar, setelah kamu bilang, itulah masalahnya, tapi... bisa saja hanya kebetulan, kan?”

Reiji mengucapkan kata-kata penyangkalan seperti kepercayaan dirinya goyah. Namun Suimei menggelengkan kepalanya dan meneruskan.

“Pada saat demon sampai disana, yang tahu tentangnya hanya para petinggi di Astel dan Gregory-san, yang memandu kalian menjauh dari mereka(demon). Dan dari apa yang kudengar, yang telah bertemu dengan demon hanyalah kalian, karavan pedagang, dan kami(Suimei dan Lefille). Warga Astel dibiarkan tidak tahu tentang kehadiran para demon. Orang-orang Astel berpikir, hanya ada demon diluar negara. Jadi terlepas itu semua, bagaimana seorang dari negara lain dengan mudahnya mendapat informasi seperti itu?”

“Mungkin mereka menangkap demon di daerah Kekaisaran dan membuatnya bicara?”

“Mustahil. Demon pasti tidak akan bicara. Mereka bukan makhluk yang semudah itu.”

Lefille menarik kesimpulan dengan cepat. Dia tahu lebih banyak tentang demon daripada siapapun; tidak mungkin dia salah tentang sikap mereka. Dan dari apa yang bisa Suimei ingat dengan pertemuan bersama para demon, dia juga tahu mereka bukan makhluk yang akan memberikan informasi bahkan meskipun mereka disiksa. Faktanya, Suimei tidak akan terkejut jika mereka(demon) menghancurkan dirinya ketika tertangkap. Kalau begitu, jika Suimei harus menebak...

“Hey, mungkin Hidorious itu...”

Mungkin. Bayangan samar dibenak Suimei perlahan mulai terlihat. Sebelum dia bisa mengatakan jawabannya, Titania menyela pembicaraan.

“...Membocorkan informasi, mengizinkan Yang Mulia Putri Graziella masuk ke dalam Astel, dan bersekongkol dengan penjaga yang ada diperbatasan negara? Suimei, itukah yang kamu maksud?”

Suimei membalasnya dengan anggukan. Suasana diudara menjadi hening. Tersendat, Mizuki, mengeluarkan pertanyaan dalam panik.

“Ta-tapi apa untungnya dia melakukan hal itu? Duke Hadorious adalah seorang bangsawan Astel, kau tahu? Apakah kamu maksud dia terhubung ke Putri Graziella dibelakang layar?”

“Siapa yang tahu? Aku tidak tahu apakah mereka berhubungan atau dia hanya membocorkan informasi saja... Yah, jika itu masalahnya, lalu itu jadi alasan yang mudah untuk memulai perang. Wanita membahayakan itu dengan agresifnya menerobos perbatasan negara tanpa izin. Jika ada seseorang yang penting di Astel yang punya dendam pada Kekaisaran, ini cukup mudah untuk dimanfaatkan. Dan lalu dia dengan cepat mengirim Reiji untuk hal setelah itu.”
“Apakah kamu pikir mereka juga diprovokasi?”

Ekspresi Reiji menjadi sangat tegang. Suimei menjawan seolah-olah jawaban itu tidak mengherankan baginya.

“Dia bilang sendiri itu hanya untuk mengecek sesuatu.”

Memang, tindakan Graziella menerobos ke perbatasan teritorial Astel bisa dianggap masalah yang masuk akal mengingat situasi yang terjadi. Akan tetapi, secara natural itu membuat pemimpin Astel khawatir. Dan jika tepat setelah kejadian itu, Reiji melakukan kunjungan tiba-tiba ke Kekaisaran, ke khawatiran akan berlipat ganda dengan instan.

“Namun, Suimei, sekarang tidak ada alasan untuk Astel mendeklarasikan perang ke Kekaisaran.”

“Baik? Itu juga hal yang belum kumengerti.”

Disitulah Suimei harus mengangkat tangannya keudara dengan sebuah erangan masalah. Saat adanya demon yang menginvasi manusia, tidak ada untungnya membuat perang antara negara yang berbeda. Felmenia dan Titania, keduanya setuju akan masalah ini.

“Bahkan jika kita berbicara tentang Duke Hadorious, dia harusnya sangat mengerti ancaman dari demon. Selain itu, hanya dengan bocoran informasi, belum pasti para pemimpin Kekaisaran akan bergerak.”

“Itu benar. Ada terlalu banyak variabel untuk menjadi skema semacam itu, huh...?”

Saat mereka mendiskusikan ini, Reiji mulai bicara.

“Tapi...”

“Apakah ada sesuatu di pikiranmu, Reiji?”

“Tidak, hanya... Jika ini seperti yang Suimei curigai, aku hanya berpikir kalau sikap Duke Hadorious pada saat itu masuk di akal.”

“Maksudmu tentang seberapa pendiamnya dia?”

“Yeah. Jika kedatangan Putri Graziella sebenarnya diatur oleh Duke Hadorious, lalu diamnya dia pada waktu itu terkait pelanggaran batas wilayah membungkamnya dengan baik. Dengan kepribadian miliknya, dia setidaknya akan dengan sengaja melemparkan komentar jujur tentang keadaan itu... Tapi, secara keseluruhan, menurutku kita tidak akan punya kemajuan pada topik ini.”

“Memang benar.”

Tidak ada cukup informasi untuk membuat penilaian yang tepat. Tidak ada yang lebih baik daripada dengan cepat mengetahui apapun skema yang mereka lakukan, tapi sayangnya itu mustahil untuk sekarang. Yang bisa mereka tebak sekarang adalah mereka perlu waspada ke Hadorious.

“Jadi, ngomong-ngomong, apa yang akan kalian lakukan mulai sekarang?”

“Oh ya ampun, Suimei-kun, dengarkan ini! Kami tidak bisa menemukan sebuah penginapan!”

“Yah, karena ada parade dan banyak lainnya.”

Mizuki memandang Suimei dengan memohon, seolah menunggu nasihat atau solusi, tapi Suimei melihat balik padanya menjawab situasi saat ini. Penginapan mungkin sudah penuh sebelum kedatangan mereka. Suimei membungkuk dikursinya memikirkan hal ini.

“...Ingin tinggal disini? Meskipun, dengan orang sebanyak ini, pasti akan sedikit sesak.”

“Suimei, benarkah itu boleh?”

“Kita tidak punya cukup kasur untuk semuanya, jadi para lelaki harus tidur bersama di ruang keluarga.”

Reiji tidak terlihat menolak. Saat dia melihat sekeliling ruangan untuk melihat pendapat yang lain, kesatria wanita Luka berbicara.

“Jika begitu, sekali lagi kita akan mencari penginapan. Bahkan jika kita hanya bisa membooking beberapa ruangan, kita bisa membagi antara penginapan dan rumah Suimei-dono.”

Saat Reiji menerima itu, semua kesatria setuju dan pergi ke pintu depan. Reiji dan Mizuki melihat kepergian para kesatria, mungkin untuk memperlihatkan rasa terimakasihnya karena mereka telah bekerja keras. Titania juga berdiri, tetapi dibanding mengikuti Reiji, dia mendekati Suimei.

“Ada apa?”

Bahkan setelah Suimei bertanya padanya, Titania masih datang mendekat. Aroma yang lembut menggelitik hidung Suimei. Ketika Titania sudah sampai dijangkauan tangan, dia memberi isyarat pada Suimei. Saat Suimei patuh mencondongkan tubuhnya, Titania mendekatkan mulutnya ke telinga Suimei untuk berbisik secara pribadi.

“Suimei, bisakah kamu menemaniku sebentar besok?”

“Menemanimu?”

“Ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Ini sangat penting.”

Suimei menyandarkan tubuhnya lagi dan melihat ke wajah Titania. Mata birunya menatap lurus ke arahnya dengan sungguh-sungguh; itu menunjukkan keseriusannya. Suimei menebak dia punya suatu alasan yang bagus untuk menanyai nya langsung.

“...Dimengerti.”



Comments

Popular posts from this blog

idstori situs informatif untuk kebutuhan anda

Informasi sejarah dunia terlengkap hanya di sezaman

Yoo In Na and Jennie BLACKPINK become the Top Most Popular Korean Female Ad Models in March