Selingan, Putri Duke dan Gurunya

TL/N : Ngomong ngomong judul yang sebelumnya "sampingan" mulai sekarang diganti jadi "selingan"

-------------------------------------------- 


“Bu, kenapa ibu ingin pergi ke sekolah lagi?”

“Kenapa, tentu untuk menikmati masa mudaku lagi!”

“Aku serius, kau tahu.”

“Aku bercandaaa. Kupikir kamu bisa menganggapnya kalau aku mencoba mengawasi kalian para reinkarnator yang status sosialnya terlalu tinggi bagiku untuk bisa menjaga kalian, kau tahuu.”

“Nah iya kan.”

“Ooooh? Kamu ssudah bisa menebaknya?”

“Sampai batas tertentu, karena terlalu banyak reinkarnator di satu tempat. Aku tidak tahu bagaimana kamu mengaturnya, tapi kutebak kalian elf pasti sudah melakukan beberapa negoisasi untuk mengumpulkan seluruh reinkarnator di akademi ini.”

“Itu benar selama dalam kasus Natsume, jujuuur, tapi untuk Hasebe yang ada disini itu kebetulan.”

“Jadi kamu tidak benar benar menolak tebakanku.”

“Itu karena aku tahu aku tidak bisa membodohimu, nona Katiaaa yang pintar.”

“Yah, karena aku sangat pintar, mungkin kamu akan membolehkanku bertanya sebuah pertanyaan. Apakah sisa keenam dari kami masih hidup?” (TL/N : “Kami” di kalimat maksudnya para reinkarnator.)

“...Kita sedikit tahu kalau empat orang sudah meninggal. Aku sudah menemukan lokasi dua sisanya, tapi aku tidak punya cara untuk pergi ke mereka saat ini.”

“Jadi begitu. Aku turut sedih...”

“Maafkan aku.”

“Tidak ada alasan untukmu meminta maaf, Bu. Bolehkah aku tanya... nama-nama orang yang sudah meninggal?”

“Tentu... Kouta Hayashi, Hiiro Wakaba, Naofumi Kogure, dan Issei Sakurazaki.”

“...Begitu. yah, itu menjelaskan kenapa Ibu punya waktu untuk mengikuti sekolah seperti ini. Karena kamu tidak perlu untuk mencari sisanya lagi.”

“Itu benar, meskipun aku masih bertindak untuk melindungi dua sisanya, kau tahuu.”

“Jadi siapa yang membuat kondisi dimana kamu tidak bisa menemui mereka?”

“Itu rahasiaaa.”

“Bu, aku sedang serius.”

“Aku juga. Ini sebuah rahasia seriusss.”

“Apakah itu ada hubungannya dengan mengapa kami tidak bisa bertemu dengan orang-orang yang sudah kamu jaga?”

“Hmm. Bukaaan, itu masalah yang berbeda, jadiii itu tidak terlalu berhubungaan.”

“Begitu ya. Setidaknya, apakah mereka baik baik saja?”

“Mereka sehaaatt.”

“Dan siapa nama mereka?”

“Aku tidaaak bisa memberitahumu.”

“Kenapa?”

“Yah, kamu mungkin akan segera tahu, tapi kupikir sekarang bukan saat yang tepat.”

“Itu tidak ada hubungannya.”

“Aku minta maaf. Tapi harus seperti itu. Dan satu hal yang harus kuperingatkan untukmu.”

“Apa itu?”

“Tolong jangan melatih skill mu terlalu banyak.”

“Kenapa?”

“Aku tidak bisa bilang.”

“Bu, aku hanya bisa membayangkan dunia luar yang sudah kamu lihat, tapi kau tahu kakak laki-laki Shun adalah seorang pahlawan, kan? Aku sudah mendengar semua kerja kerasnya sebagai pahlawan dari Shun. Bagaimana dia melindungi desa dari gerombolan monster seorang diri dan menangkis iblis yang bahkan barusan membuatnya meminum racun. Semacam itu.”

“Laluuu apa maksudnya?”

“Dunia ini sangat berbahaya. Kita mungkin bukan seorang pahlawan, tapi Shun dan aku masih punya peran untuk dimainkan. Suatu hari, sangat mungkin bagi kami untuk berdiri di medan perang sendirian. Karena aku seorang perempuan, kemungkinan itu memang kecil... tapi meskipun Shun seorang keluarga kerajaan, dia tidak akan menuruni tahta. Yah seperti itulah. Jadi dengan kamu memberitahu kami untuk tidak melatih skill kami, bukankah sama saja bilang kami untuk mati di masa depan?”

“Tentu tidak!”

“Kan. Dan aku tahu kamu tidak akan mengatakan sesuatu seperti itu. Tapi tanpa alasan atau penjelasan, aku tidak bisa setuju.”

“Aku... pikir tidak.”

“Maafkan aku. Aku tidak seharusnya kasar begini.”

“Tidak, ini tidak apa. Aku lah yang terlalu banyak menyimpan rahasia.”

“Dan kutebak, Ibu juga tidak bisa memberitahu kenapa punya banyak rahasia?”

“Maafkan aku.”

“Apakah itu ada hubungannya dengan para elf?”

“Hmm?”

“Ini sangat aneh. Mengapa elf mau melindungi kita para reinkarnator? Kelihatannya kamu sudah menjelaskan situasinya ke mereka, tapi bisakah mereka benar-benar dipercaya? Mereka tidak membuatmu mematuhi ketentuan ketentuan aneh, kan?

“Tidaaaak sama sekali. Percayakan saja padaku, okeee?”

“Bahkan dengan semua rahasia yang kamu sembunyikan?”

“Terpaksa begituuu.”

“Aku tidak bisa percaya pada seseorang hanya berdasarkan dengan insting seperti yang Shun lakukan. Tentu, aku ingin mempercayaimu, tapi selama kamu masih menyimpan semua rahasia, aku tidak bisa melakukannya.”

“Menurutku itu juga tidaaak salah. Jika iya, Shun lah yang mudah terlalu percaya, kau tahuu?”

“Ya, aku setuju. Jujur, terkadang aku berpikir kalau dia tak bisa apa-apa jika tak ada aku.”

“Oh-ho-hooo? Mungkin ini masih belum bertunas, tapi aku mencium adanyaa benih? Perkembangan yang sungguh menarik mungkin akan terjadiiii.”

“Huh? Apa yang kamu maksud? Bu, tolong jangan tersenyum menakutkan seperti itu. Karena kamu terlihat seperti gadis kecil sekarang, itu sangat mengganggu.”

“Waktunya hukuman ilahiii!”

“Huh? Aw!”

Comments

Popular posts from this blog

idstori situs informatif untuk kebutuhan anda

Informasi sejarah dunia terlengkap hanya di sezaman

Yoo In Na and Jennie BLACKPINK become the Top Most Popular Korean Female Ad Models in March