(S1) Akademi

--------------------------------------


Di negara ini ada sesuatu yang disebut akademi.

Di dunia lama kami, ekspetasi kalau semua orang itu pergi ke sekolah, tapi di dunia ini, pergi ke sekolah formal itu cukup tidak biasa. Hanya bangsawan dan orang-orang dari kelas atas yang bisa menanggungnya, selain itu, ada orang biasa yang kaya atau juga orang yang mempunyai bakat alami.

Karena aku bagian dari anggota kerajaan, aku bisa memasuki sekolah tanpa masalah.

Sue sama sepertiku, tentu Katia juga, yang jelas-jelas seorang anak duke.

Jadi kami bertiga pergi ke akademi bersama.

Sama seperti sekolah di dunia lama kami, pembelajaran dasar juga diajarkan disini.

Di waktu yang sama, ada kelas yang mengajari kami bagaimana cara bertarung.

Tapi, yang kedua lebih difokuskan.

Di benua Daztrudia adalah wilayah manusia, tapi di benua lain masih banyak pertarungan kejam melawan iblis dan monster.

Di Daztrudia juga ada monster, sampai—ke titik dimana selalu membutuhkan petarung yang handal.

Jadi kami kebanyakan menghabiskan waktu di sekolah dengan berlatih bertarung.

Sue, Katia, dan aku sedang di upacara penerimaan akademi.

Fei dikategorikan sebagai hewan peliharaan (atau lebih tepatnya familiarku), jadi dia tidak bisa kubawa.

Sepertinya, aku bisa membawa Fei ke dalam kelas, tapi dia tidak diizinkan untuk ikut di upacara seperti ini.

Melihat kesekitar, terlihat siswa lain yang seusiaku berdatangan, duduk di kursi dan menunggu upacara dimulai.

Ini adalah akademi terbesar di benua ini, jadi banyak anak-anak dari luar negara ini ikut mendaftar.

Ketika aku melihat siswa lain, kebanyakan dari mereka cepat-cepat membuang muka atau menatap tajam kearahku.

Aku bisa merasakan ini, dan mendengar rumor-rumor yang dibisikkan.

“Yang duduk disana adalah pangeran dari negeri ini.”

“Aku mendengar dia seorang jenius, tapi dia tidak terlihat kuat di mataku...”

“Aku ingin tahu apakah kita bisa dekat dengannya?”

Berkat skill Auditory Enhancement, aku bisa mendengar setiap kata yang mereka katakan.

Sungguh aku merasa tak nyaman.

“Selaaamaat pagi!”

Suara yang mengabaikan sekitar terdengar dalam suasana tegang ini.

Kubalikkan badanku, aku melihat elf Filimøs, yang dulu dikenal sebagai Bu Oka.

“Selamat pagi. Cukup aneh untuk melihatmu menjadi murid sekarang.”

“Aku sangat tertarik untuk merasakan masa-masa muda lagi, kau tahuuu!”

Setelah bilang begitu, dia duduk di sebelah ku.

Sue yang duduk disisi lain sebelahku, memandang Bu Oka dengan ekspresi yang hampir cemberut.

Faktanya, dia benar-benar merengut pada Bu Oka.

Oh, benar. Ini kali pertama Sue bertemu dengan mantan guruku.

“Ayolah, Sue, jangan melotot pada seseorang. Maafkan ini, Bu. Dia adik kecilku, Sue.”

“Oh-ho! Hmm, Hmmmmm. Sangaaat lucu.”

Bu Oka mengamati Sue dengan senyuman yang membuat perutku merasa tidak enak.

Bu Oka pasti memikirkan yang tidak tidak.

“Kakak, siapa orang yang terlihat mencurigakan ini?”

Maklum, Sue mencoba berlindung di belakang ku sedikit.

“Shun sayang, kamu tidak melakukan sesuatu yang aneh pada adik mu, kan?”

Bu, tolong jangan tanyakan pertanyaan seperti itu dengan wajah yang serius.

Tentu aku tidak pernah melakukan apa apa.

“Sue, dia adalah Filimøs, seorang elf yang akan bersama kita di sekolah. Kau tahu, Shun dan aku pernah bertemu dengannya dulu. Meskipun dia terlihat seperti anak kecil, itu disebabkan karena penuaan elf yang lambat—sebenarnya dia seumuran dengan kami. Dia juga bekerja di berbagai tempat berbeda, jadi jika ada sesuatu, dia lebih tahu tentang dunia ini daripada kami.”

Katia menjelaskannya untukku.

Aku tidak terlalu bisa menjelaskan semua itu dengan jelas, jadi penjelasan Katia sangat membantu.

“Senang bertemu denganmuuu!”

“...senang bertemu denganmu.”

Sue masih terlihat hati-hati, dia dengan enggan menjawab salam dari Bu Oka.

“Katia, apakah kakak ku lebih senang dengan gadis kekanak kanakan seperti ini?”

“Oh, jangan khawatir, dia tidak seperti itu. Meskipun tampilannya begitu, Filimøs-san cukup bisa diandalkan, jadi Shun hanya hormat padanya.”

Kau tahu kalau aku bisa mendengar kamu bisik bisik, kan?

Aku jelas bukan seorang lolicon, terima kasih banyak.

Nanti, aku akan berterima kasih pada Katia atas bantuannya—dan sedikit ceramah untuk Sue.

Sepertinya, Bu Oka mendengar percakapan tadi juga. Aku tersenyum kecut daripada merajuk, dan dia membalasnya dengan kebaikan.

Upacara penerimaan berakhir tanpa masalah.

Setelah itu, kebanyakan siswa kembali ke asrama atau mulai menelusuri kelas kelas.

Akademi ini adalah sekolah berasrama.

Aku tidak terkecuali juga dalam aturan ini, jadi aku akan tinggal di asrama selama aku bersekolah.

Kecuali ada alasan khusus, para siswa tidak bisa meninggalkan area sekolah kecuali di hari libur panjang.

“Apa yang akan kita lakukan setelah ini?” Katia melontarkan pertanyaan dalam mode sosialita.

Sebelumnya, kami sudah menyiapkan kamar asrama.

Aku ingin melihat halaman akademi jika bisa, tapi aku merasa Fei akan memarahiku nanti jika aku meninggalkannya terlalu lama, jadi aku harus kembali ke asrama terlebih dahulu.

“Ada beberapa orang yang ingin kutemuii. Maukah kalian ikut dengankuu?”

Disaat aku akan kembali ke asrama, mantan guruku memanggil kami.

“Seorang yang ingin kamu temui?”

“Oh, yaaa. Saint dan Sword-king masa depan. Tidak ada ruginya untuk kalian mengenal mereka juga, kau tahuuu!”

Saint dan Sword-king.

Saint adalah sosok simbolis dari kerajaan tetangga kita, Kerajaan Suci Alleius.

Sering disebut sebagai rekan pahlawan, wanita yang ditunjuk sebagai saint di setiap generasi wajib untuk bekerja bersama dengan pahlawan.

Saint murni dipilih berdasarkan kemampuan, bukan dari silsilah.

Dan karena Kerajaan Suci Alleius adalah tempat utama dari agama yang disebut Word of God, semua pengikut dari agama itu berkumpul disana.

Dengan kata lain, saint dipilih dari grup wanita elit pengikut agama Word of God.

Saint saat ini, tentu, dia sedang menemani kakak ku Julius.

Aku percaya, namanya adalah Yaana. Seorang ahli dalam sihir cahaya dan penyembuh, dia hanya satu-satunya wanita di party kakak ku.

Aku hanya pernah bertemu dengannya beberapa kali, tapi aku ingat dia cukup tomboy walau dia seorang saint.

Jadi orang di akademi ini yang akan jadi penerus Yaana.

Sword-king adalah julukan dari pemimpin Kekaisaran Renxandt, negara dengan populasi manusia terbanyak di benua Kasanagara.

Kekaisaran Renxandt berbatasan dengan wilayah iblis, jadi negara itu selalu dalam keadaan siap.

Untuk bisa memimpin negara itu, yang paling dibutuhkan adalah kekuatan.

Akibatnya, bisa dibilang generasi pemimimpin selanjutnya memakai julukan raja pertama, “Sword-king” sebagai julukan mereka.

Disaat saint dipilih dari kumpulan kandidat berbakat dengan tidak memandang garis keturunannya, sword-king dipilih murni berdasarkan garis keturunan.

Dengan kata lain anak sword-king saat ini sedang bersekolah di akademi ini.

“Ah ya, pangeran mahkota dari Kekaisaran Renxandt. Aku yakin mendengar beberapa rumor. Aku percaya dia berada di tahun pertama akademi, sama seperti kami. Dikatakan dia seorang sword master yang menyaingi sword-king yang asli, atau begitulah dia mengakunya.”

Katia, bagaimana kamu tahu tentang ini?

Ini kali pertama ku mendengarnya.

“Shun, kamu harus mencoba mengetahui lebih banyak tentang dunia di sekitarmu.”

Katia mengangkat alisnya padaku. Perasaanku pasti mengkhianati pikiranku.

Sial. Dia memang benar.

“Tapi... Jika kamu ingin bertemu mereka Bu, artinya itu...?”

“Yep benaaar.”

“Yah, kurasa kita harus menemui mereka.”

Katia dan Filimøs melanjutkan percakapan mereka.

Sue dan aku yang tidak mengerti apa yang mereka maksud, hanya terdiam.

“Lalu, ayo ikut Shun... tunggu. Kenapa wajahmu begitu?”

“Oh, aku hanya tidak mengerti apa yang kalian bahas...”

“Sungguh? Aku bisa memaklumi Sue, tapi kamu...”

Katia dan guru melihatku dengan rasa kasihan.

A-ayolah, haruskah kalian berekspresi seperti itu padaku?

“Maksudku, aku tahu dia bilang akan bagus kalau menemuinya lebih cepat, jadi kupikir aku akan ikut, tapi...”

“Shun, kamu memang ya.”

Katia menekankan tangan ke dahinya seolah sedang menahan sakit kepala.

“Apakah kamu sebegitu percayanya  ke Bu Oka?”

“Huh?”

Aku menatap Katia dengan bingung, tidak mengerti bisikan tajam yang dia ucapkan.

Melihat ini, Katia mendesah panjang.

“Ah, sepertinya kita tidak perlu pergi mencari merekaaa!”

Aku mendongak mengikuti arah tatapan guru dan terlihat seorang laki-laki dan perempuan mendekati kami.

Anak laki-laki itu punya rambut coklat gelap yang hampir mirip warna hitam dan mata dengan warna yang sama, tegas, dengan tampilan maskulin.

Sedangkan perempuan itu punya rambut pirang dan mata biru dengan aura kecantikan yang misterius.

“Hei. Jadi elf pendek itu Bu Oka?”

“Jangan kasar, Natsume. Itu bukan cara seseorang untuk bicara dengan guru! Senang bertemu denganmu Bu.”

Keduanya bicara dalam bahasa Jepang.

Dengan itu, aku akhirnya sadar apa yang Katia dan guru kami maksud.

Mereka berdua adalah reinkarnator, sama seperti kami.

“Senang bertemu denganmu, jugaaa! Natsume, Hasebe, aku senang kalian baik-baik sajaaa.”

Guru kami sudah mengungkap identitas asli mereka.

Lelaki itu dulu bernama Kengo Natsume, pemimpin anak laki-laki di kelas kami.

Jujur, aku sedikit tidak suka ke Natsume.

Dia benar-benar atletis, punya refleks yang bagus, dan meskipun dia tidak pernah benar-benar melakukan tindakan kekerasan, tapi dia punya kecenderungan untuk memamerkan kekuatannya untuk menyuruh nyuruh orang. Selain memaksa, dia juga terlihat merendahkan orang lain.

Kebanyakan anak di kelas kami mengikuti perintahnya atau benar-benar menghindarinya.

Aku selalu dipilihan kedua.

“Ha-ha! Bu Oka selalu saja pendek, tapi sekarang dia bahkan lebih pendek! Ini lucu!”

“Natsume!”

Perempuan yang memarahi Natsume adalah Yuika Hasebe, yang dulu duduk di sampingku.

Tidak seperti Natsume, Hasebe tidak pernah menunjukkan kesan jadi orang baik maupun buruk.

Di antara para gadis, geng yang paling menonjol adalah Fei yang termasuk didalamnya, atau Mirei Shinohara. Tapi Hasebe lebih dekat ke para gadis pendiam, seperti Temarikawa dan Furuta.

Tentu, jika hanya perbandingan dengan Fei—dia masih seorang yang cukup periang dan aktif—tapi Hasebe menurut impresiku jelas tidak punya sesuatu yang diam diam dia tonjolkan untuk menjadi saint atau semacamnya.

“Aku seorang elf, jadi tak bisa ku apa-apakan, kau tahuu. Selain itu, kamu tidak terlalu tinggi di banding diriku sekarang, Natsumeee.”

“Aku akan segera meninggi, tunggu saja. Ngomong-ngomong, orang ini adalah pangeran dari negara ini, kan? Siapa ya?”

Natsume terlihat seperti predator yang sedang menilai mangsanya.

Matanya berkilau seolah dia mungkin tiba-tiba akan menyerangku.

Aku ingat orang ini cukup buruk di kehidupan lama kami, tapi apakah matanya selalu terlihat berbahaya seperti ini?

“Shunsuke Yamada.”

“Dan aku Kanata Ooshima. Lama tak bertemu.”

Setelah aku menjawab, Katia maju selangkah memperkenalkan diri.

“Huh? Ooshima?”

“Iya, itu benar. Aku Ooshima. Terkejut, kan? Yah aku terlahir jadi perempuan.”

Hasebe terkejut menatap Katia.

Dari sana, percakapan berlanjut, dan Natsume berpaling dariku.

Terima kasih, Katia.

Nama Natsume sekrang mungkin Hugo Baint Renxandt, tapi sama seperti kehidupan lama kami, aku ingin sesedikit mungkin berinteraksi dengannya.


Sebelum | Daftar Isi | Sesudah

Comments

Popular posts from this blog

idstori situs informatif untuk kebutuhan anda

Informasi sejarah dunia terlengkap hanya di sezaman

Yoo In Na and Jennie BLACKPINK become the Top Most Popular Korean Female Ad Models in March