(S2) Pelajaran Sihir

 

--------------------------------------

Hari ini waktunya untuk pratik sihir.

Setelah mempelajari dasar sihir, kami diizinkan untuk mengambil pelajaran praktik sihir untuk mempelajari cara asli menggunakan sihir.

“Kami akan membagikan tongkat untuk latihan sihir. Demi keamanaan, kami sudah memilih tongkat yang diberi sihir air pada hari ini.”

Instruktur kami, Profesor Oriza, berbicara dengan nada suara yang sedikit tidak tertarik sambil membagikan tongkat.

Para siswa berebut untuk mendapatkan tongkatnya.

“Kalian semua punya Magic Power Perception dan Magic Power Operation, kan? Karena siswa tanpa skill itu tidak akan bisa mengikuti pelajaran ini. Jika seseorang tidak memilikinya, tolong maju kedepan sekarang.”

Tentu, semua siswa dikelas ini memiliki Magic Power Perception dan Magic Power Operation.

Faktanya, Profesor Oriza sudah mengajarkan itu pada kami terakhir kali.

“Sekarang, tolong fokus ke kekuatan sihirmu.”

Mematuhi instuksinya, aku fokus mengumpulkan sihirku.

“Setelah itu selesai, cobalah untuk mengalirkan itu ke tongkatmu. Lalu sihir yang ada di dalam tongkat akan aktif secara sendirinya.”

Huh? Cuma begitu?

“Staff ini sudah ditambahi oleh sihir air level 1 mantra Water Ball. Itu adalah mantra sederhana yang menembakkan bulatan air, tapi tolong pastikan untuk tidak mengarahkan ini ke orang lain. Di sini sudah disediakan target untuk alasan itu.”

Profesor Oriza menunjuk ke tempat di mana ada beberapa target yang sudah terpasang.

Tanpa lama-lama, para siswa mulai merapal sihir.

Kebanyakan dari mereka tidak punya kekuatan sihir yang cukup, mantra yang tidak terbentuk sampai selesai, atau ada beberapa masalah lain yang muncul, dan mantra mereka menghilang sebelum mencapai target.

“Kamu bisa menggunakan sihir sesukamu selama kelas ini. jika kamu menggunakannya terus, kamu mungkin akan memperoleh skill Water Magic. Akan tetapi, tolong diperhatikan seberapa banyak kekuatan sihir mu yang tersisa dan kamu harus berhenti sebelum sampai batas bahaya. Jika tidak, jangan menangis kepadaku jika kamu berlebihan melakukannya dan sampai pingsan.”

Sungguh tidak bertanggung jawab.

Tapi kupikir mungkin tetap akan ada orang yang pingsan setiap tahunnya.

Kebanyakan siswa baru pertama kali menggunakan sihir, dan beberapa diantaranya ada yang sangat bersemangat tentang sihir.

Tidak mengejutkan jika ada satu atau dua orang yang mungkin terlalu bersemangat dan berlebihan.

“Water Magic, huh? Menurutku, aku lebih suka Earth Magic.”

Fei mengeluh dari pundakku.

Fei adalah seekor earth wyrm, jadi dia mungkin lebih ahli pada Earth Magic dibanding Water Magic.

Aku juga tahu keahlianku, yang telah kulihat selama upacara Appraisal.

Light Magic adalah yang tertinggi, selanjutnya ada Water Magic.

Jika dianggap begitu, bisa dibilang latihan ini bermanfaat olehku.

Akan tetapi, hanya batu Appraisal tingkat tinggi yang bisa memunculkan kecocokan seseorang dengan attribut yang berbeda.

Sebaliknya, untuk orang-orang yang tidak punya hak untuk menggunakan barang kelas atas seperti itu, memakai alat sihir untuk mengeluarkan sihir dan memperoleh skill, sama seperti yang sedang kita lakukan sekarang.

Kamu bisa mengetahui apakah kamu punya bakat di sihir itu berdasarkan seberapa cepat kamu memperoleh skill nya.

Akan tetapi, cara itu bukanlah sebuah pilihan jika kamu tidak punya hak untuk menggunakan alat sihir dengan berbagai attribut. Dalam banyak kasus, keluarga pengguna sihir yang kurang mampu hanya memiliki satu jenis alat sihir untuk keluarga mereka.

Dalam situasi seperti itu, kamu tidak punya pilihan selain menggunakan alat sihir attribut yang kamu miliki meski kamu punya bakat atau tidak.

Tapi di sekolah ini, dimana ada banyak alat sihir dengan setiap attribut, jadi permasalahan seperti itu tidaklah ada.

“Aku sama sekali tidak punya keahlian sihir air. Sebaliknya, aku lebih cenderung ke sihir api.”

“Itu lucu. Aku juga buruk pada sihir air dan bagus dalam sihir api.”

Aku tidak sengaja mendengar percakapan itu diantara Katia dan Hugo.

Meskipun Katia bilang seperti itu, bola air Katia tepat mengenai target.

Menimbang kebanyakan dari siswa masih belum bisa mengenai target dengan mantra nya, menurutku sihir yang dilakukan Katia sudah cukup bagus.

Melihat kesekitar, orang-orang yang bisa mengenai target adalah Katia, Hugo, dan Yuri, yang sebelumnya dipanggil Hasebe.

Yuri sedang memfokuskan pada peledakan bola air ke target.

Aku perlu bertanya-tanya apakah aman menembak seperti itu, tapi aku tebak meskipun aku bertanya pada Yuri sekarang, dia tidak akan mendengarku.

 Dia mungkin berencana akan melakukan itu sampai dia mendapatkan skill, bahkan jika MP nya habis.

Ngomong-ngomong, Bu Oka tidak ada disini.

Dia muncul dan tidak muncul dalam kelas sesuka hatinya.

Dan sekarang dia tidak memberitahu kami, apa yang sedang dia lakukan ketika tidak berada disini.

Bagimanapun, aku merasa sepertinya Sue akan bisa melakukannya jika dia mencoba, tapi dia tetap berada di belakangku, tidak menunjukkan tanda-tanda menggunakan sihir sama sekali.

“Sue, tidakkah kamu ingin berlatih?”

“Oh, aku tidak boleh mendahului kakanda. Sebaliknya, aku akan menunggu sampai kamu menunjukkan kehebatan sihirmu yang luar biasa, lalu menyembunyikan latihanku disaat orang-orang sedang terfokus memujimu.”

Haa, sungguh. Cara yang menakjubkan.

Aku selalu ingin menjadi kakak laki-laki yang bisa dibanggakan adik kecilku, tapi akhir-akhir ini, hal itu malah membuat banyak tekanan padaku.

Sementara para siswa sudah kehabisan kekuatan sihir dan mulai beristirahat.

Itu artinya beberapa target sudah kosong, jadi mungkin akan kucoba.

Sekarang ketika aku memikirkannya, ini akan jadi pengalaman pertamaku menggunakan sihir.

Sampai sekarang, Anna selalu menghentikanku dari latihan apapun selain latihan mengontrol kekuatan sihir, jadi sebenarnya aku tidak pernah menggunakannya.

Nah aku jadi cukup bersemangat.

Meskipun diwaktu yang sama, tekanan dari adik perempuanku membuat ku sedikit gugup.

“Hmph, aku tidak mengerti, apa gunanya latihan pada sihir yang sudah kutahu bakal tidak bisa menggunakannya.” Seolah-olah mengurangi rasa semangatku, Hugo melempar tongkatnya. “Jauh lebih baik untuk meningkatkan apa yang sudah kamu kuasai daripada melatih kelemahanmu.”

Hugo mengumpulkan kekuatan sihirnya. Apa yang dia rencanakan?

Kejadian berikutnya, dia merapal. Tanpa sebuah staff.

Hasilnya adalah mantra api. Jadi dia sudah punya skill Fire Magic?!

Api menelan seluruh target yang dibariskan.

Sungguh kekuatan penghancur yang luar biasa.

Untuk seorang siswa yang masih belum bisa mengenai target, ini mungkin pertunjukkan yang jelas seberapa kuat Hugo itu.

Faktanya, ini adalah waktu yang tepat untuk pamer. Hugo pasti sadar hal itu dan mengeluarkan sihirnya dengan tujuan untuk menampilkan kekuatannya.

Tetap saja, ini terlalu berlebihan!

Api berputar di sekitar tempat target pernah berdiri.

Jika tidak ada yang bertindak, api mungkin menyebar dan membakar seluruh kelas.

Aku mengalirkan seluruh kekuatan sihir ke dalam tongkat yang berada di tanganku dan menembakkannya ke arah api.

Tembakkanku mendarat tepat di api dan meledak menyebarkan percikan air.

...Cukup menakjubkan, jika harus kubilang pendapatku.

Bola air yang diciptakan dari kekuatan sihirku sangat besar. Cukup untuk membuat kolam air ketika itu meledak.

Api benar-benar terpadamkan dan menghilang.

<Keahlian sudah memenuhi level yang dibutuhkan. Mendapatkan skill [Water Magic LV1].>

Aku baru saja mendapat skill Water Magic.

Mungkin karena kecocokanku yang tinggi jadi aku bisa mendapatkannya hanya dengan satu kali menggunakan mantra.

Atau apakah karena kekuatan dari mantra itu yang sangat besar? Mungkin sedikit gabungan dari keduanya.

“Seperti yang diharapkan dari kakanda! Siapa lagi yang bisa membatalkan mantra Fire Magic level 5 hanya dengan Water Magic level 1?”

Seolah menarikku kembali ke kenyataan, Sue memuji dengan suara yang keras.

Jadi itu adalah Fire Magic level 5?

Tunggu, Sue, kamu sengaja melakukan itu, kan? Biasanya kamu tidak berbicara dengan keras.

Benar saja, Hugo memelototi ku karena mencuri panggungnya.

Sebelum dia bisa bertindak, Profesor Oriza tiba-tiba mencul di belakangnya.

“Bolehkan aku berbicara denganmu, Hugo?”

“Apa? Kenapa aku harus bicara padamu?”

“Tolong, ikutlah saja denganku sebentar.”

Profesor Oriza terlihat menyeret Hugo pergi, meninggalkan sisa-sisa target yang hangus dan kelompok siswa yang sedang kebingungan.

“Astaga, Natsume tidak keren sama sekali.”

Gumaman Fei terdengar di telingaku.

Di sudut pandanganku, aku lihat Katia sedang menenangkan siswa siswa yang berisik. Seperti biasa, terima kasih Katia!

Ini adalah hari dimana Hugo mulai menganggapku sebagai musuhnya.


Sebelum | Daftar Isi | Sesudah

Comments

Popular posts from this blog

idstori situs informatif untuk kebutuhan anda

Informasi sejarah dunia terlengkap hanya di sezaman

Yoo In Na and Jennie BLACKPINK become the Top Most Popular Korean Female Ad Models in March