(S7) Pangeran Kedua


----------------------------------------------------


Sue dan Klevea berada dihadapanku sedang berlatih pedang bersama.

Diuntungkan karena tubuh kecil Sue, Klevea dengan mudah menangkis pedang yang diayunkan oleh adikku.

Sue masih terus menyerang dengan sungguh sungguh, namun pertahanan yang tepat dari Klevea menangkisnya dengan mudah.

Gadis kecil menyerang dengan segenap tenaganya, namun ilmu pedang Klevea yang lebih lihai terlihat mengalir dengan anggun.

Baik dalam penampilan maupun gerakan, mereka berdua benar benar kebalikan.

Sue memang tidak bisa dibilang lemah, tapi dibandingkan dengan pengalaman Klevea di pertarungan asli, skill Sue tidak berguna.

Ini tidak terlalu mengejutkan karena Klevea punya Sword Mastery versi yang lebih tinggi dari Swordmanship, di level 7.

Swordmanship Sue masih di level 6. Jadi, dengan perhitungan sederhana, ada perbedaan 11 level.

Tidak ada cara untuk mengimbangi perbedaan itu.

Tetap saja, masih banyak juga ketika status sederhana setidaknya bisa memperpanjang pertarungan.

Sue mengaktifkan Magic Warfare dan Mental Warfare diwaktu yang sama.

Itu adalah skill yang menggunakan MP dan SP untuk meningkatkan status dasar, dan karena Sue punya banyak MP, Magic Warfare memberinya peningkatan yang tidak bisa diremehkan.

Baru baru ini status fisiknya juga telah meningkat, jadi dia sebenarnya memiliki sedikit keunggulan.

Meski begitu, Klevea menahan untuk tidak menggunakan Mental Warfare. Jika dia menggunakannya juga, peluangnya pasti sangat menguntungkan.

Bahkan tanpa itu, dia masih terlihat akan menang.

Status Sue mungkin sedikit lebih tinggi, tapi itu hanya keuntungan kecil dibanding kekuatan dasar dan pengalaman Klevea.

Sue tidak punya kesempatan untuk membalikkan keadaan.

Persis yang kupikirkan, Sue kelelahan karena terlalu banyak menyerang, dan serangan balik Klevea mengalahkannya.

Terkena pukulan keras diperutnya, Sue jatuh ke tanah.

Dengan cepat, Anna mendekat ke Sue untuk merapalkan sihir penyembuh.

Penuh dengan tanah dibajunya, Sue berdiri dengan rasa putus asa yang tergambarkan dimukanya. “Aku kalah.”

“Jika kamu sudah bisa bertarung seperti tadi diumur segini putri, kamu pasti akan melampaui ku. Sungguh, bakatmu luar biasa.”

“Tidak perlu untuk menghiburku.”

Ketika aku akan berjalan mendekat ke adikku yang sedang cemberut, aku mendengar suara tepuk tangan dari sebelahku.

“Aku pikir itu bukan untuk memujimu sama sekali! Kamu benar benar bertarung dengan bagus.”

Semua orang diruangan ini, termasuk diriku, terbelalak karena terkejut.

Bahkan Klevea dan Anna, lupakan diriku dan Sue juga tidak menyadari kedatangan dia.

Bahkan ketika dia berdiri disebelahku, aku tidak menyadari sedikitpun hawa keberadaannya.

“Julius!”

“Hey. Apakah aku mengejutkanmu?” Julius, pangeran kedua dan kakak laki lakiku dari ibu yang sama, tertawa kecil seolah olah dia mengerjaiku.

“Kapan kamu pulang ke rumah?”

“Barusan kemarin. Aku ingin segera menyapamu, tapi antara melihat ayah, saudara lebih tua kita, dan semuanya, aku tidak pernah mendapat kesempatan.”

Kakak laki lakiku beberapa tahun lebih tua, dan dia sudah melakukan banyak pekerjaan diluar kerajaan.

Jadi ini cukup langka baginya bisa pulang ke kerajaan seperti ini.

“Sue, aku sudah cukup lama tidak melihatmu dan sekarang kamu menjadi lebih bertalenta. Kecepatan berkembangmu tidak pernah gagal mengejutkanku.”

Bahkan meskipun Julius berbicara baik ke Sue, dia merengut sebagai balasannya. Untuk beberapa alasan, dia tidak terlihat terlalu suka ke Julius.

Kalau aku, aku cukup menyukainya, karena dia lebih bersahabat dibanding dua kakak laki lakiku yang lain.

Lebih dari itu, aku menghormatinya.

Jadi jujur saja, perselisihan antara kakak laki laki yang kuhormati dan adik perempuan yang kusukai sedikit menggangguku. (TL : Suka disini bukan dipercintaan ya...)

“Ayolah, Sue. Apakah kamu harus bertingkah seperti itu didepan saudaramu?”

“Ha-ha, ini baik baik saka. Sue ada diumur yang sulit sekarang,” Julius berkata dengan simpati.

Jika kamu menghitung dengan kehidupan sebelumnya, secara teori aku lebih tua darinya, tapi tetap saja mental Julius terlihat melebihiku.

“Bagaimana denganmu, Shun? Ingin berlatih bersama seperti biasanya?”

“Bolehkah? Ya, tolong!”

Dapat berlatih dengan kakak Julius? Aku sangat senang.

“Baiklah, lalu aku akan meminjam ini.”

“Te-tentu.”

Kakak mengambil pedang latihan dari Klevea, yang sedang gugup. Klevea tidak pernah segugup ini disekitar orang lain.

Aku pikir masuk akal jika dengan seorang Julius.

“Okay. Siap atau belum. Datanglah padaku darimanapun yang kamu suka.”

“Baik!”

Aku segera mengaktifkan sihir dan Mental Warfare.

Tidak ada gunanya menahan diri didepan kakak Julius.

Aku fokus untuk menggunakan semua kekuatan yang kupunya.

Lalu aku langsung melesat kedepan, dengan serangan diagonal dari bawah.

Kakakku dengan mudah menahan seranganku.

Meskipun aku menyerang sekuat tenaga, dia dengan mudah menghentikan serangan ini dengan pedangnya yang hanya dipegang dengan satu tangan.

Tapi ini sudah kuduga.

Dia tidak pernah gagal menahan serangan seperti itu.

Dengan cepat, aku menarik pedangku untuk serangan selanjutnya.

Lagi, dia menghentikannya tanpa ada kesulitan.

Ini menyenangkan.

Walaupun sudah mencoba dengan seluruh kekuatanku, aku masih belum bisa menyentuhnya.

Tidak peduli betapa cepat atau kuatnya mengayunkan pedangku, tidak peduli sesulit apa teknik yang kucoba, aku tidak bisa mengenainya sama sekali.

Aku bahkan mulai tidak bisa membayangkan bagaimana aku bisa menembus pertahanannya.

Namun inilah kenapa aku merasa beruntung, ada seorang yang sangat ahli mau berlatih denganku.

Ini benar benar menyenangkan.

Namun, tidak peduli berapa banyak aku berharap agar terus seperti ini, akhir pasti akan datang.

Sihir dan Mental Warfareku habis.

Bernapas berat, aku jatuh dengan satu lutut.

“Sangat bagus. Ilmu pedangmu sangat sederhana dan kuat. Ini seperti tidak ada yang membatasi bakatmu sampai mana.”

“Terima...kasih...banyak...”

Aku terengah engah mengucapkan terima kasih. Selain dari betapa lelahnya aku, napas kakakku masih terjaga sempurna.

Dia benar benar menakjubkan.

Ini masuk akal, karena dia seorang pahlawan.

Manusia terkuat di dunia.

Bisakah aku setara dengannya suatu hari nanti?

Jika aku punya satu mimpi didunia ini, itu pasti jadi setara dengannya.

Aku bahkan tidak bisa mengenainya sekarang, tapi suatu hari, pasti aku setidaknya bisa mengenainya dipertarungan.

Itulah tujuan utamaku.



Comments

Popular posts from this blog

idstori situs informatif untuk kebutuhan anda

Informasi sejarah dunia terlengkap hanya di sezaman

Yoo In Na and Jennie BLACKPINK become the Top Most Popular Korean Female Ad Models in March