Chapter 3 Bagian 1 IseMahou


Senja, Menari

Disaat parade untuk pahlawan yang dipanggil di Holy State El Meide, Elliot Austin, semakin dekat, ibukota kekaisaran menjadi sangat ramai. Orang orang dikota terlihat gembira hari demi hari, semuanya berharap dapat kesempatan melihat pahlawan yang harusnya berpenampilan menawan. Turis dari dalam dan luar Kekaisaran berkumpul ke ibukota. Seketika orang orang bertambah drastis sampai penginapan dikota tidak cukup untuk menampung semuanya. Bahkan penginapan murah dipinggiran kota sudah terisi penuh.

Berkat keramaian itu, bisnis lokal melonjak. Semua toko toko berjejeran disepanjang jalan sengaja dihias untuk acara ini. Sentuhan tambahan ini membuat jalanan di ibukota kekaisaran menjadi tampak lebih indah daripada biasanya. Dengan keramaian dan kesibukan ini, bukan hal yang tidak biasa untuk toko yang baru buka menyiapkan toko mereka sampai malam jika kamu melihat diwaktu yang tepat.

Yang direkrut untuk membangun toko dadakan ini tidak hanya tukang kayu tapi ada juga dwarf. Merasa berasa sangat termotivasi, para pengrajin kota yang sedang menyiapkan toko membuat berbagai bentuk dan menciptakan senjata untuk warrior yang terinspirasi oleh pemanggilan pahlawan. Semuanya bekerja dengan keras selama beberapa hari ini tanpa istirahat sedikitpun.

Bahkan penduduk yang dulu berjualan sebagai hiburan saja sekarang berjualan dengan rajin. Ini seperti mereka semua lupa tentang insiden koma. Baiknya, jelas, fakta kalau tidak ada insiden lagi baru baru ini.

Namun demikian, pada hari keramaian ibukota kekaisaran, Lefille pergi atas keinginannya sendiri. Pergi bermain seperti anak kecil... jelas bukan sebuah alasan untuk ini; dia pergi keluar untuk berbelanja. Setelah semua hal yang Suimei dan lainnya alami dengan Graziella di plaza, mereka canggung untuk muncul di tempat umum. Karena itu, mengumpulkan informasi dan membeli bahan makan untuk rumah menjadi tanggung jawabnya.

Bukan berarti polisi militer mencari atau menangkap Suimei dan yang lainnya, tapi mereka putuskan agar lebih aman, sampai sisa sisa kejadian lebih mereda kebatas tertentu. Setelah memasukkan beberapa bahan makanan dan barang lainnya kedalam tasnya, dia mengambil tas itu dan menerobos kerumunan orang. Sulit untuk bergerak sambil didesak oleh banyak pejalan lain, dia berlindung disebuah gang untuk beristirahat.

“Phew...”

Meletakkan tasnya sesaat, dia memutar lengan dan meregangkan punggungnya. Setelah memastikan kalau baju berenda favoritnya yang dia beli di kota Kurant terlipat, dia mengencangkan pita yang menahan rambut merahnya. Lalu dia melihat dengan mata birunya ke arah kerumunan orang yang masih saling berdesakan.

Situasi yang dia dan yang lainnya rasakan baru baru ini tiba tiba berubah. Ini semua benar benar cukup membingungkan. Ada sebuah pesan dari Dewi, luka serius Suimei yang didapat dari mencoba berbicara ke Liliana, bahkan tambahan luka dari bertarung melawan Graziella, dan sekarang, selain itu semua, mereka bahkan merawat Liliana.

“Ini semua pasti merepotkan Suimei-kun...”

Bahkan jika dia bilang agar Suimei tidak memaksakan dirinya, Suimei tetap akan bertindak tanpa menahan diri sampai akhir. Menyatakan kalau itu adalah hal yang harus Suimei lakukan, dia akan tetap melewati jalan sulit didepannya. Namun, apapun dia itu, mungkin bisa dikatakan bahwa kepribadiannya baik untuk mereka semua. Karena begitulah Suimei, Lefille bisa bilang begitu. Bahkan meskipun dia harusnya menahan napasnya, dia tersadar wajahnya membeku ketakutan.

“Ada banyak orang disana, huh?”

Ini sudah waktunya untuk dia pergi. Dia mengambil tasnya lalu pergi menyusuri lorong. Dia melihat sekilas ke jalan yang ramai. Setelah beberapa saat berjalan, dia sudah tidak bisa melihat lagi jalan yang ramai, tapi suara keramaian dan hiruk pikuk masih bisa mencapainya. Hanya dengan berpikir akan memasuki kerumunan seperti itu lagi membuatnya tidak senang. Dan lalu, dia putuskan untuk lebih baik memilih jalan alternatif, dia berbelok dan menabrak ke seseorang.

“Whoops, aku benar benar minta maaf.”

“Ti-tidak, ini baik baik saja, gadis kecil.”

Disaat dia langsung meminta maaf, balasan suara seorang pria datang dari atasnya. Pria itu berbicara dengan lembut, tapi Lefille bisa mendengar kegirangan—atau lebih ke kegelisahan—di nadanya. Ketika dia melihat keatas, dia bisa merasa suasana kegembiraan yang dia luapkan. Sebuah senyum paksaan menutupi wajah Lefille. Dia merasa menggigil tiba tiba merayap dipunggungnya dan melangkah mundur, tapi Lefille mengendalikan dirinya dan memutuskan untuk maju.

“...Permisi, bisakah anda tidak menghalangi jalannya?”

“Maaf, tapi aku tidak bisa melakukan itu.”

“Apa? Apa maksudmu tidak bisa? Apa... Apa yang kamu—?!”

Lefille berteriak pada tindakan pria didepannya. Tidak hanya dia menghalangi jalannya, tapi sekarang dia juga menggerakkan tangannya dengan cara menjijikan. Itu benar benar gerakan yang tidak menyenangkan sampai dia merasa bisa mendengar itu berderit.

“Eheh, eheheh... kenapa kamu tidak datang dan bermain dengan kakakmu disini?”

“Kakak...? Dari mananya kamu itu seorang kakak?! Bukankah kamu lebih seperti paman?!”

“Tidak mungkin. Aku masih sekitar tiga puluhan.”

“Umur itu pasti sudah jadi paman paman!”

Lefille melompat kebelakang.

“Nah, kenapa kamu tidak mendekat kesini dan bermain bersama kakak? Gueheheh...”

Pandangan mata pria itu tidak normal. Dia pasti pedofile yang rumornya sedang menyebar disekitar ibukota kekaisaran baru baru ini.

Ugh... Apa yang harus kulakukan? Ini buruk...

Jika Lefille sedang di bentuk aslinya, ini akan mudah. Tapi lari dari keramaian adalah sebuah kesalahan. Jika tau bahkan ada yang lebih berbahaya dari kerumunan orang ditempat seperti ini... jika dia berteriak, akankah seseorang sadar? Sekarang Lefille sudah cukup jauh didalam gang itu, kemungkinan orang mendengarnya berteriak dari jalanan yang ramai cukup kecil. Namun lebih baik dicoba daripada tidak. Disaat dia memikirkan jawabannya, pria itu mendekat.

“Berhenti! Jangan mendekat!”

“Eheh, eheh... Ayo sini. Jangan malu malu...”

Sekarang karena sudah jadi begini, dia tidak punya pilihan selain melempar tasnya ke dia dan menggunakannya sebagai pengalihan untuk kabur. Didalam hatinya mengutuk tubuh kecilnya yang sekarang, dia mengambil ancang ancang dan bersiap untuk melempar...

“Tunggu!”

Disaat yang tepat, suara garang terdengar diudara.


Comments

Popular posts from this blog

idstori situs informatif untuk kebutuhan anda

Informasi sejarah dunia terlengkap hanya di sezaman

Yoo In Na and Jennie BLACKPINK become the Top Most Popular Korean Female Ad Models in March