Chapter 1 Waktu sebelum kematian


Project Baru..... maaf buat yang dulu sudah kasih saran di FP facebook, akhirnya malah TL yang beda dari yang disaranin juga :v
----------------------------------------

“Jangan mati!”

Sebuah tangisan yang menggema keseluruh ruangan, berasal dari seorang anak Elf. Gadis itu berlutut disamping dada lelaki yang terbaring, tangan kecilnya menekan di luka besar yang mana darah keluar tanpa henti diantara perut dan dada, isi perutnya terlihat. Tangan kecil Elf itu berusaha untuk menutup luka sambil menangis, ingusnya mengalir, dan mulutnya meneteskan air liur. “Tolong jangan mati… Reid-sama!”.

Lelaki muda itu berusaha menghapuskan air mata anak elf itu dengan tangan kirinya, tapi dengan cepat dia membatalkannya – karena tidak mampu untuk bergerak, dia memaksa tangan lainnya untuk menghapus air mata dari matanya, meninggalkan bekas darah musuh dan darahnya sendiri diatas pipi anak elf tersebut. Diujung penglihatan lelaki, mayat dari musuhnya, seorang Iblis. Dekat dengan itu ada sekelompok anak anak yang sebenarnya akan dikorbankan diujung penglihatannya, membeku ketakutan. Jumlah mereka sebenarnya lebih banyak tapi karena mereka sudah dipisahkan oleh Iblis dan juga Pendeta. Mereka yang sekarang adalah yang selamat dari ritual malam itu. Gadis itu awalnya salah satu dari mereka, tapi dia berlari ke lelaki itu untuk membantunya.

“Jah… Jangan menangis… ini… baik baik saja…”

Lelaki itu berkata, dengan tahu betul bahwa itu hanya kebohongan. Tapi itu tidak masalah baginya, dia sudah siap untuk menghadapi kematian. Alasan kebohongannya adalah temannya – seorang gadis yang selalu mengikuti jalan kebenaran, sering disebut sebagai Sage. Dia berhasil keluar, tapi bukan karena egois – dia telah memerintahkan gadis itu untuk memanggil bantuan.

Gadis itu tidak terlalu berbakat dalam sihir, kecuali jika dia dibandingkan dengan penyihir biasa yang dia kalahkan dengan skillnya. Meski begitu, dia tidak memiliki kemampuan untuk menyelamatkan nyawanya yang diujung maut. Itulah mengapa dia pergi untuk meminta bantuan, ditugaskan untuk pergi keluar.

“Itulah mengapa… aku akan baik baiik saja… oke?”

Dia berjuang untuk mengucapkan itu, membatukkan darah dari paru parunya yang penuh dengan darah. Terlepas dari kenyataan bahwa kelima indranya sudah mati, dia tetap berusaha menghibus gadis Elf itu.

‘Aku mungkin akan mati. Semua yang kubisa hanya menghibur gadis Elf ini saja, bahkan jika temanku melakukan yang terbaik untuk meminta bantuan, itu mungkin terlalu telat.’

“Aku…tidak akan…mati…”

Lelaki muda – seorang pahlawan, dikenal sebagai Shadow Blade Reid, berjanji.
Itu adalah janji yang tidak bisa kutepati, karena segera setelah itu aku meninggalkan gadis itu, meninggal dunia.

Comments

Popular posts from this blog

idstori situs informatif untuk kebutuhan anda

Informasi sejarah dunia terlengkap hanya di sezaman

Yoo In Na and Jennie BLACKPINK become the Top Most Popular Korean Female Ad Models in March